Sunday, March 2, 2014

MENINGGIKAN KUBURAN LEBIH DARI SEJENGKAL

Jawaban sekaligus Tulisan.

   MUSIBAH

“MENINGGIKAN KUBURAN LEBIH DARI SEJENGKAL”

Dalam hadits Aisyah rodhiallohu’anha, beliau menejaskan akan kuburan Nabi:

أنها ليست بمُرْتَفِعَةٍ ولا وَاطِئَةٍ

“Kuburan Nabi itu tidaklah tinggi (tanahnya) dan juga tidak pula terlalu rendah”. HR. Abu Dawud.

Demikian juga kuburan seluruh para Shohabat beliau dari manusia-manusia yang telah Alloh muliakan dengan kebaikan tak terhingga.

Dan lebih tegas dari itu, Shohabat yang mulia Ali bin Abi Tholib pernah berkata, bahwa beliau diperintahkan Nabi:

"لا تدع تمثالاً إلا طمسته ولا قبراً مشرفاً إلا سويته"

“Nabi shollallohu’alaihi wasallam pernah merintahkan kepadaku jika aku mendapatkan gambar agar aku hapus dan jika aku mendapatkan sebuah kuburan yang ditinggikan agar aku rendahkan (samakan dengan yang lainnya)” . HR. Muslim.

Dan juga dalam hadits lain:

" لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم زائرات القبور والمتخذين عليها المساجد والسراج"

“Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam melaknat wanita yang terlalu sering menziari kuburan dan juga orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid (tempat ibadah) serta menghiasi kuburan  dengan penerang lampu dan semisalny”. HR. Abu Dawud, dll.

Maka berdasarkan hal ini, para Ulama menjelaskan bahwasanya kuburan itu haruslah dibedakan  sebagi tanda dengan dataran tanah yang lainnya yaitu dengan ditinggikan sedikit ketinggian sejengkal dari tanah, tidak lebih.

Dan jika diberikan batu di atasnya untuk sekedar tanda maka tidaklah mengapa, sebagaiman Nabi shollallohu’alaihi wasallam pernah meletakkan batu di atas kuburnya Utsman bin Madhzum rodhiallahu’anhu.
Sehingga, jika ditinggikan saja tidak dibolehkan, apalagi jika dibagun di atasnya bangunan-bangunan yang biasa terjadi di tengah manusia, semisal nisan atau seliannya.

Hal ini adalah termasuk larangan dalam Islam, sedikitpun bukanlah ajaran Rosul, bukan bagian dari Islam ini.

Para Ulama menjelaskan bahwa diantara hikmah dilarangnya hal tersebut adalah untuk menutup pintu kesyirikan serapat-mungkin.

Bila ada kuburan yang diistimewakan dengan selainnya, ditinggikan bahkan dengan bangunan yang ada di atasnya, ini akan membuat fitnah, merusak hati bahkan aqidah, khususnya di tengah orang-orang yang tidak memiliki ilmu agama, akan mengira itu adalah kubur yang istimewa, kubur wali, sehingga akan membuka pintu kesyirikan dengan menyakini adanya keberkahan di sana.

Dan ini adalah jerat Syaithon untuk menghacurkan agama seorang hamba.

Jika kubur Nabi dan para shohabatnya saja tidaklah demikian, maka bagaimana kiranya manusia lainnya yang sedikitpun tidak memiliki kemuliaan seperti mereka.

Meniggikan tanah kuburan lebih sejengkal…

Membuat bangunan di atasnya…

Menghiasi kuburan…

Ini semua bukanlah petunjuk Sunnah Rosul, bahkan larangan beliau dan pintu menuju kesyirikan kepada Robb Alam semesta.

Dan ternyata telah terjadi.

Betapa banyak kuburan yang diagungkan yang pada awalnya hanya dibangun di atasnya bangunan dan dikhususkan.

Kuburan orang-orang sholih, para wali dan seterusnya.

Di negeri pertiwi…

Kuburan para wali songo (katanya sih)…

Kuburan pah Sukarno, Gus Dur...

kalo pon-pes NU hampir seluruhnya ada kuburan kiaiyinya yang diagungkan…

Kuburan ki Marogan di Palembang ini…

dan seterusnya di bumi Nusantara.

Dan baru-baru ini kuburan si UJE….

Laa haula walaa quwwata illa billah!.

Dan terjadi… kuburan2 tersebut… dijadikan objek untuk mencari keberkahan.

Keberkahan dengan segala kebaikan itu hanyalah milik Alloh.

Wallohu’alam.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites