Saturday, March 1, 2014

WUJUD CINTA KEPADA ALLAH

بسم الله الرحمن الرحيم

WUJUD CINTA KEPADA ALLŌH

Dengan Mengikuti Sunnah Nabi-Nya

Saudaraku Se-iman Rohimakumullōh!.

Pada Bacaan kita edisi kali ini akan mengangkat tafsir ringkas akan dua ayat dari kitab suci kita Al-Qur’an.

Pada surat Ali Imron ayat ke 31 dan 32, yaitu firman Allōh subhānahu wataàlā:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ .

قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allōh, ikutilah Aku, niscaya Allōh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allōh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

32. Katakanlah: "Ta'atilah Allōh dan Rosul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allōh tidak menyukai orang-orang kafir".

Makna ayat secara umum adalah:

“Katakan wahai Rosul!, (kepada manusia), jika kalian mencintai Allōh dengan benar, makaikutilah aku dan berimanlah kepadaku, secara dhzohir maupun batin, sehingga Allōh pasti akan mencintai kalian, dan mengampuni dosa-dosa kalian, karena sesungguhnya Ia maha pengampun kepada orang-orang yang beriman”.

Ayat ini merupakan bagian dari surat Āli Imron yang merupakan surat Madaniyyah, yang turun di masa Nabi shollallōhuàlaihi wasallam berada di kota madinah.

Pada asalnya ayat ini turun ditujukan kepada orang Yahudi dan Nashrani, ketika itu mereka mengklaim diri bahwa merekalah anak-anak dan pilihan kesayangan Allōh subhānahu wataàlā.

Kaum Nashraniy mengatakan bahwa mereka memuliakan nabi Isa dikarenakan cinta kepada Allōh.

Dan juga kaum musyrikin quraisy di masa nabi, mereka juga beralasan dengan cinta kepada Allōh subhānahu wataàlā dan agar dekat kepada Allōh terhadap perbuatan kesyirikan yang mereka perbuat dengan beribadah kepada patung dan selainnya.

Dan juga ditujukan kepada Abdullōh bin Ubay (pimpinan munafiq di masa nabi) dan pengikutnya, yang juga beralasan dengan cinta kepada Allōh subhānahu wataàlā atas perbuatan kufur mereka.

Walaupun ayat ini turun dengan sebab sebagaimana dijelaskan tersebut, akan tetapi pelajaran dan hukum yang ada didalamnya yang terkandung dari ayat tersebut ini ditujukan untuk kita semua, kepada seluruh manusia di setiap generasi dan masa.

Sebagaimana kaidah yang disebutkan dalam ilmu tafsir, hukum yang diambil itu dari keumuman ayat bukan dari kekhususan sebab.

Karena itulah imam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau yang terkenal di tengah kaum muslimin, menafsirkan ayat ini bahwa ayat yang mulia ini, merupakan penentu dan tolak ukur bagi setiap orang yang mengaku cinta kepada Allōh subhānahu wataàlā, padahal dirinya tidak berada di atas jalan Nabi Muhammad, maka pengakuannya itu dusta.

Kecuali ia mengikuti syariat nabi Muhammad, agama yang beliaubawa, padasetiapucapannyadankeadaanya.

Sebagaimana dalam hadits yang shohih Rosulullōh bersabda:

"مَنْ عَمِلَ عَمَلا لَيْسَ عليه أمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ"

“Barangsiapa yang beramal dengan sebuah amalan yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak”. (HR. Bukhoriy-Muslim)

Sebab dengan mengikuti perintah nabi shollallōhuàlaihi wasallam, mengamalkan ajaran beliau akan tercapai dan terwujud cinta kepada Allōh subhānahu wataàlā.

��Para ahli hikmah menendangkan kalimat yang indah:

“Bukanlah keadaan yang diinginkan itu dengan engkau mencintai, tetapi keadaan yang sebenarnya adalah bagaimana caranya agar engkau dicintai”.

Salah seorang ulama besar dan terkenal imam Al-Hasan Al-Bashriy rohimahullōh berkata:

“Ada sebagian kaum yang mengaku mencintai Allōh, maka Allōh subhānahu wataàlā pun menguji mereka dengan ayat ini:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ

Katakanlah: "Jikakamu (benar-benar) mencintai Allōh, ikutilah aku, niscaya Allōh mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian”

Asy-Syaikh Al Mufassir Muhammad Amiin Asy-Syinqithiy rohimahullōh dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna dari ayat ini sangat jelas sekali  bahwa mengikuti petunjuk nabi Muhammad shollallōhuàlaihi wasallam  itu akan mendatangkan kecintaan Allōh jalla jalaaluhu kepada setiap yang mengikuti beliau.

Sebab, dengan mentaati dan mengikuti rosulullōh shollallōhuàlaihi wasallam itu merupakan ketaatan kepada Allōh, dalam ayat lain Allōh subhānahu wataàlā berfirman:

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا

“Barangsiapa yang mentaati Rosul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allōh”. An-nisaa: 80

Dan juga dalam firman-Nya:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Apa yang datang dari Rosul itu kepadamu, maka ambillōh. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Al-Hasyr: 7.

Sehingga, dari ayat ini diambil pelajaran bahwasanya tanda benarnya cinta kepada Allōh subhānahu wataàlā dengan jujur adalah dengan mengikuti Rosulullōh shollallōhuàlaihi wasallam.

Dan orang yang menyelisihi beliau walaupun mengaku cinta kepada beliau, ini merupakan kedustaan, sebab jika benar ia mencintai beliau maka pasti akan mentaati beliau, sebagaimana dimaklumi oleh kita semua bahwa cinta itu mengharuskan ikut kepada yang dicintai, sebagaimana digambarkan oleh seorang penyair:

لو كان حبك صادقاً لأطعته...

...إن المحب لمن يحب مطيع

Jika cintamu jujur pasti engkau akan mengikutinya...

Sesungguhnya yang mencintai itu senantiasa mengikuti yang dicinta...

Dan juga Asy-Syaikh Abdurrohman As-Si’diy rohimahullōh dalam tafsirnya menjelaskan bahwa dalam ayat ini terdapat perintah untuk mencintai Allōh, dan juga terdapat penjelasan tanda-tandanya, dan juga terdapat keterangan akan hasil dari hal itu, serta terdapat penjelasan akan manfaat dari hal tersebut.

Allōh subhānahu wataàlā berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ

Katakanlah: "Jikakamu (benar-benar) mencintai Allōh..."

Maksudnya adalah, pengakuan kalian ini merupakan pengakuan terhadap perkara yang mulia kedudukannya, perkara yang sangat agung dan tidak ada lagi yang lebih mulia darinya, maka tentunya tidak cukup hanya sebatas pengakuan dalam perkara ini, akan tetapi harus jujur dalam pengakuan tersebut.

Tanda jujurnya pengakuan tersebut adalah dengan mengikuti Rosul-Nya shollallōhuàlaihi wasallam dalam segala perkara, ucapan dan perbuatan, dalam urusan ushul pokok agama ataupun permasalahan cabangnya, secara dhzohir atau batin.

Maka barang siapa yang mengikuti Rosul tersebut, ia telah jujur dalam pengakuannya cinta kepada Allōh, dan Allōh akan mencintainya serta mengampuni dosanya, dan akan merahmatinya serta mengokohkannya dalam semua urusannya. Dan barangsiapa yang tidak mengikuti beliau maka ia tidaklah dianggap mencintai Allōh, karena cinta kepada Allōh subhānahu wataàlā mengharuskan taat dan ikut kepada Rosul-Nya.

Sehingga ayat ini merupaka tolak ukur bagi seluruh insan, dengan mengukur sejauh mana mereka mengikuti Rosulullōh, SEJAUH ITULAH UKURAN KEIMANAN DAN KECINTAAN MEREKA KEPADA ALLŌH.

Pada ayat selanjutnya dan di akhir ayat, Allōh subhānahu wataàlā berfirman:

وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allōh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang...”

Maksudnya: dengan kalian mengikuti rosulullōh itulah kalian akan mendapatkan keutamaan ini, yaitu ampunan dari Allōh  subhānahu wataàlā.

Kemudian Allōh menegaskan kembali dengan berfirman:

قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا ...

“Katakanlah: Ta'atilah Allōh dan Rosul-Nya; dan jika kamu berpaling…”

Maksudnya serukanlah wahai Muhammad, agar taatlah kalian kepada Allōh dan Rosul-Nya, dan jika kalian menyelisihinya maka sesungguhnya Allōh tidaklah mencintai orang-orang yang kafir, artinya perbuatan menyelisihi rosulullōh, tidak mentaati beliau itu merupakan perbuatan yang menyebabkan kekufuran, dan Allōh tidaklah mencintai setiap orang yang bersifat seperti itu.

Walaupun dalam pengakuannya mencintai Allōh atau ingin mendekatkan diri kepada Allōh, tidaklah bermanfaat hingga benar-benar mengikuti rosulullōh Muhammad penutup para nabi, sholallōhu’alaihi wasallam.

Saudaraku Se-iman Rohimakumullōh!.

Bagaimana dengan kita?...

Sejauh mana usaha yang kita curahkan untuk mempelajari ajaran Rosulullōh?...

Apakah sudah benar amalan yang kita amalkan selama ini ada keterangan yang menunjukkan itu adalah ajaran beliau?...

Tentunya kita berharap semua amalan yang kita amalkan ini betul-betul ajaran beliau sholallōhu’alaih wasallam sehingga dengannya mudah-mudahan benar cinta kita kepada Allōh, dan semoga Allōh senantiasa mencintai kita semua.

Wallōhu’alam.

(Rujukan: Tafsir Ath-Thobariy, Tafsir Al-Baghowiy, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Muyassar, Tafsir Taisirul karim Ar-Rohman, Tafsir Adhwaa’ul Bayaan).

  =[Majmù Al-Fawāid]=

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites