Gerhana Bulan Total.
Ayo persiapkan diri untuk melaksanakan sholat Gerhana
”Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam keluar menuju masjid,
beliau berdiri dan bertakbir (yakni shalat gerhana, pen) dan para makmum bershaf di belakang beliau…” (HR. Muslim)
Al-Imam an-Nawawi Rahimahullah berkata, ”Hadits ini menunjukkan bahwa disunnahkan melaksanakan shalat gerhana di masjid yang dipakai juga untuk shalat jum’at…hadits ini juga menunjukkan disunnahkan melaksanakannya secara berjamaah, boleh pula dikerjakan dengan sendiri-sendiri.”
Al Imam juga melanjutkan,"”Disenangi untuk diserukan ’ash-shalatu Jami’ah’ pada saat gerhana, dan para ulama sepakat tidak ada adzan dan iqomah padanya.”
Keterangan dari beberapa hadits tentang tata cara shalat gerhana
Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bisa disimpulkan sebagai berikut:
1. Takbiratul ihram.
2. Membaca doa istiftah, ta’awwudz, dan membaca basmalah secara sir (pelan).
3. Membaca surah Al-Fatihah dan surah secara jahr (keras).
Bacaan pada berdiri pertama rakaat pertama ini dipanjangkan,
dalam hadits Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma diterangkan “…
kurang lebih sepanjang surah Al-Baqarah…” (HR. Al-Bukhari no.1052, Muslim no. 907).
4. Bertakbir kemudian ruku dengan memanjangkan ruku. Membaca doa ruku dengan diulang-ulang.
5. Kemudian berdiri dari ruku sambil mengucapkan, ”Sami’allahu liman hamidah,” ketika badan sudah tegak sempurna mengucapkan, ”Rabbana walakal hamd.”
6. Setelah itu tidak sujud, namun terus berdiri panjang, dan kembali membaca Al-Fatihah dan surah. Namun berdiri kedua pada rakaat pertama ini agak lebih pendek dibandingkan berdiri
pertama.
7. Bertakbir kemudian ruku dengan memanjangkan ruku. Membaca doa ruku dengan diulang-ulang. Ruku kedua ini agak lebih pendek dibandingkan ruku pertama.
8. Kemudian berdiri dan ruku sambil mengucapkan ”Sami’allahu liman hamidah,” ketika badan sudah tegak sempurna mengucapkan, ”Rabbana walakal hamd,” ini adalah i’tidal, dan dipanjangkan juga. Berdasarkan hadits dari sahabat Jabir Radhiyallahu ’anhu, ”…maka Nabi memanjangkan berdiri sampai-
sampai (sebagian makmum) tersungkur, lalu beliau ruku dan
memanjangkannya, lalu bangkit berdiri dan memanjangkannya,
lalu ruku dan memanjangkannya, kemudian bangkit berdiri dan
memanjangkannya, kemudian beliau sujud dua kali…” (HR. Muslim no. 904).
9. Bertakbir kemudian sujud dengan sujud yang panjang juga. Berdasarkan hadits, ”…kemudian beliau sujud dengan sujud yang panjang.” (HR. al-Bukhari no. 1047).
10. Kemudian bertakbir dan bangkit, lalu duduk iftirasy dan
memanjangkan duduknya. (HR. an-Nasa’i no. 1482).
11. Lalu bertakbir dan kembali sujud dengan sujud yang panjang, namun tidak sepanjang sebelumnya. (HR. al-Bukhari no. 1056).
12. Bertakbir dan berdiri untuk rakaat kedua. Demikian berikutnya sama persis dengan rakaat pertama, hanya saja masing-masing lebih pendek dari pada sebelumnya. Pada berdiri pertama rakaat kedua kembali membaca Al-Fatihah dan surah dengan jahr dan
dipanjangkan pula kurang lebih sepanjang surat ali ’Imran. (HR.
Abu Dawud no. 1187).
13. Kemudian duduk bertasyahud, membaca shalawat, dan salam
ke kanan dan ke kiri.