Sunday, August 31, 2014

LEMAHNYA BERHALA BUKTI BATILNYA KESYIRIKAN

Intisari Tauhid [23]

LEMAHNYA BERHALA BUKTI BATILNYA KESYIRIKAN

Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ.
“Katakanlah (Muhammad kepada kaum musyrikin), ‘Terangkanlah kepadaku tentang (sembahan-sembahan) selain Allah yang kalian seru. Jika Allah menghendaki untuk menimpakan suatu bahaya kepadaku, apakah mereka mampu menghilangkan bahaya itu? Atau jika Allah menghendaki untuk melimpahkan suatu rahmat kepadaku, apakah mereka mampu menahan rahmat-Nya?’ Katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku. Hanya kepada-Nyalah, orang-orang yang berserah diri bertawakkal.’.” [Az-Zumar: 38]

Allah memerintah Nabi-Nya Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam untuk bertanya kepada kaum musyrikin -dengan pertanyaan pengingkaran- tentang patung-patung yang mereka sembah bersama Allah, apakah (patung-patung) itu mampu memberi manfaat atau menolak bahaya?

Maka mereka pasti akan mengakui kelemahan patung-patung mereka terhadap hal itu. Kalau keadaan mereka demikian, telah batallah peribadahan kepada patung-patung tersebut.

Faedah Ayat

Kebatilan perbuatan syirik, karena semua yang disembah selain Allah tidak berkuasa atas bahaya tidak pula manfaat bagi para penyembahnya.

Pensyariatan untuk mendebat kaum musyrikin guna membatilkan kesyirikan mereka.

Kewajiban untuk bersandar kepada Allah semata dan menyerahkan semua urusan kepada-Nya.

[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]

WhatsApp Syiar Tauhid

PILAR-PILAR KEHIDUPAN SEORANG MUKMIN

PILAR-PILAR KEHIDUPAN SEORANG MUKMIN


Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

��اَلْمُؤْمِنُ اَلْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اَللَّهِ مِنْ اَلْمُؤْمِنِ اَلضَّعِيفِ, وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ, اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ, وَاسْتَعِنْ بِاَللَّهِ, وَلَا تَعْجَزْ, وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا لَكَانَ كَذَا وَكَذَا, وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اَللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ; فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ اَلشَّيْطَانِ

��"Mukmin yang kuat imannya lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah imannya, namun pada keduanya terdapat kebaikan. Bersemangatlah dalam meraih apa yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah, dan janganlah kamu lemah. Dan apabila kamu ditimpa suatu musibah, maka janganlah kamu katakan: "Andaikan aku melakukan yang ini, tentunya yang akan terjadi ini dan itu" tetapi katakanlah:

��قَدَّرَ اَللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ

��"QoddaroLlaahu wa maa syaa fa'ala" (bisa juga dibaca: QodaruLlaahi wa maa syaa fa'ala)

��"Allah telah menakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki maka Dia melakukannya" karena sesungguhnya ucapan "Andaikan" membuka amalan setan." [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu]

��Dalam hadits yang mulia ini terdapat pilar-pilar penting yang menopang kehidupan seorang mukmin untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat, yaitu:

1) Kekuatan iman, inilah kekuatan yang dimaksudkan dalam hadits ini, bukan kekuatan fisik belaka

2) Bersemangat dalam meraih sesuatu yang bermanfaat, ini mencakup manfaat untuk kehidupan dunia, terlebih lagi akhirat

3) Meninggalkan yang tidak bermanfaat, apalagi yang membahayakan di dunia dan akhirat

4) Senantiasa meminta pertolongan kepada Allah ta'ala dan berharap serta bergantung hanya kepada-Nya

5) Tidak takjub dan tidak sombong dengan kemampuan diri

6) Tidak merasa lemah, selalu optimis dan bersemangat

7) Apabila yang ditakdirkan tidak sesuai harapan dan cita-cita maka terimalah takdir tersebut dengan lapang dada seraya tetap bergantung kepada Allah ta'ala untuk meraih yang lebih baik di masa yang akan datang

8) Apabila telah terjadi musibah tidak lagi berandai-andai ke belakang, karena itu tanda kelemahan

9) Beriman dengan takdir Allah ta'ala dan berserah diri kepada-Nya serta beradab dalam ucapan terhadap takdir-Nya

10) Tidak membuka pintu bagi setan dan tidak menuruti godaan dan tipu dayanya.

Ustadz Sofyan Chalid Ruray
www.sofyanruray.info

WhatsApp Syiar Tauhid

TERMASUK KEUTAMAAN TAUHID : TERJAGANYA DARAH DAN HARTA

Intisari Tauhid [22]

TERMASUK KEUTAMAAN TAUHID : TERJAGANYA DARAH DAN HARTA

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللهِ، حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ، وَحِسَابُهُ عَلى اللهِ عَزَ وَجَلَّ.
“Barang siapa yang mengucapkan Lâ Ilâha Illallâh dan mengingkari segala sembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang hisab (perhitungan)nya terserah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Muslim)

Dalam hadits ini, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa membunuh atau mengambil harta seseorang tidaklah haram, kecuali dengan terkumpulnya dua perkara:

1. Ucapan Lâ Ilâha Illallâh.
2. Kufur terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah.

Apabila dua perkara ini terdapat pada diri seseorang, (kita) wajib
menahan diri terhadap orang tersebut secara zhahir dan menyerahkan urusan batinnya kepada Allah.

Apabila ia jujur dalam hatinya, Allah akan membalasnya dengan surga yang penuh dengan kenikmatan. (Namun), kalau ia munafik, Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang sangat pedih.

Oleh karena itu, di dunia, seseorang dihukumi berdasarkan zhahirnya (hal yang tampak).

Faedah Hadits 

Bahwa makna Lâ Ilâha Illallâh adalah kufur terhadap segala
sesuatu yang disembah selain Allah, seperti patung-patung, kuburan, dan selainnya.

Bahwa sekadar mengucapkan Lâ Ilâha Illallâh tanpa mengufuri sembahan selain Allah tidaklah mengharamkan darah dan harta seseorang, meskipun ia mengetahui makna dan mengamalkan kalimat tersebut, selama ia tidak menggabungkan sikap kufur terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah dengan (pengucapan kalimat) itu.

Barangsiapa yang menyatakan ketauhidan kepada Allah dan komitmen kepada syariat-syariat-Nya secara zhahir, (kita) wajib menahan diri darinya sampai perkara-perkara yang menyelisihi hal tersebut tampak jelas darinya.

Kewajiban untuk menahan diri dari seorang kafir jika dia
memeluk Islam -meskipun dalam keadaan perang-, sampai perkara-perkara yang menyelisihi hal tersebut tampak jelas darinya.

Seseorang kadang mengucapkan Lâ Ilâha Illallâh, tetapi tidak mengufuri segala sesuatu yang disembah selain Allah.

Bahwa hukum di dunia berdasarkan hal yang tampak (zhahir), sedangkan hukum di akhirat berdasarkan niat dan maksud.

Keharaman harta dan darah seorang muslim, kecuali dengan haknya.

[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]

WhatsApp Syiar Tauhid

TIGA YANG MEMBINASAKAN, TIGA YANG MENYELAMATKAN, TIGA YANG MENGHAPUS DOSA, TIGA YANG MENGANGKAT DERAJAT

TIGA YANG MEMBINASAKAN, TIGA YANG MENYELAMATKAN, TIGA YANG MENGHAPUS DOSA, TIGA YANG MENGANGKAT DERAJAT

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

��ثَلاثٌ مُهْلِكَاتٌ ، وَثَلاثٌ مُنَجِّيَاتٍ ، وَثَلاثٌ كَفَّارَاتٌ ، وَثَلاثٌ دَرَجَاتٌ

��فَأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ : فَشُحٌّ مُطَاعٌ ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بنفْسِهِ

��وَأَمَّا الْمُنَجِّيَاتُ : فَالْعَدْلُ فِي الْغَضَبِ ، وَالرِّضَى ، وَالْقَصْدُ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى ، وَخَشْيَةُ اللَّهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلانِيَةِ

��وَأَمَّا الْكَفَّارَاتُ : فَانْتِظَارُ الصَّلاةِ بَعْدَ الصَّلاةِ ، وَإِسْبَاغُ الْوُضُوءِ فِي السَّبَرَاتِ ، وَنَقْلُ الأَقْدَامِ إِلَى الْجَمَاعَاتِ

��وَأَمَّا الدَّرَجَاتُ : فَإِطْعَامُ الطَّعَامِ ، وَإِفْشَاءُ السَّلامِ ، وَصَلاةٌ بِاللَّيْلِ ، وَالنَّاسُ نِيَامٌ

Ada tiga perkara yang membinasakan, tiga perkara yang menyelamatkan, tiga perkara yang menghapus dosa dan tiga perkara yang meninggikan derajat.

Adapun tiga perkara yang membinasakan:✅
��Kekikiran yang ditaati
��Hawa Nafsu yang dituruti
��Kekaguman seseorang terhadap dirinya.

Tiga perkara yang menyelamatkan:
��Berbuat adil ketika marah maupun senang
��Sederhana ketika miskin maupun kaya
��Takut kepada Allah ketika bersendirian maupun di keramaian.

Tiga perkara yang menghapus dosa:
��Menunggu sholat sampai sholat berikutnya
��Menyempurnakan wudhu dalam keadaan dingin
��Berjalan menuju sholat jama’ah.

Tiga perkara yang mengangkat derajat:
��Memberi makan
��Menyebarkan salam
��Sholat di waktu malam, ketika manusia sedang tidur.

[HR. Ath-Thabarani dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Shahihul Jami’: 3045]

Ustadz Sofyan Chalid Ruray
www.fb.com/sofyanruray.info

WhatsApp Syiar Tauhid

SULAP DAN SIRKUS DALAM TINJAUN SYARI’AT

Faidah Aneka-ragam
__________________

؟...Tahukah engkau…?

     

       "SULAP DAN SIRKUS  
  DALAM TINJAUN SYARI’AT"
 

Berkata Fadhilatusy Syaikh Shōlih Al-Fauzān –hafidhzohullōh- :

"والسحر على قسمين:

القسم الأول: سحر حقيقي: وهو ما يؤثر في بدن المسحور فيمرضه أو يؤثر على عقله أو يقتله، فهذا عمل شيطاني.

القسم الثاني: سحر تخييلي، قال الله تعالى:

(يخيل إليه من سحرهم أنها تسعى) [طه: 66]

وهو ما يسمى: القمرة، فيعملون شيئاً على أعين الناس، وهو ليس له حقيقة، فيظهر منه أن يضرب نفسه بالسيف، وأنه يأكل المسامير أو النار أو الزجاج، أو يدخل في النار،
أو أن السيارة تمشي عليه،

أو ينام على مسامير، أو يجر السيارة بشعره،

أو يأتي بأوراق عادية، ويروج على الناس أنها نقود، وإذا ذهب سرحه عادت الأوراق إلى أصلها، كما يحصل من النشالين.

ومن أعمال السحرة أيضاً: أن يأتي أحدهم بجعلٍ، وهي الحشرة المعروفة، ويُظهر بسحره أمام الناس أنها خروف،

وكذلك فهم يروجون على الناس أنهم يمشون على خيط دقيق، وهو ما يسمى السرك، أو ما يسمى بالبهلوان.

فهذا كله كذب وتدجيل على الناس، وسحر لأعين الناس، وهو سحر تخييلي، إذا ذهب هذا السحر عادت الأمور كما هي، فيجب علينا أن لا نغتر بهم ولا نصدقهم ولا نمكنهم من أولادنا ولا بلادنا من أجل ترويج سحرهم."

Terjemah:
===========

"Sihir itu ada dua jenis:

����Jenis pertama: Sihir yang nyata, yaitu perbuatan sihir yang berdampak pada objek yang disihir dengan bentuk sakit di badan, atau di  pikiran atau bisa dengan kematian. Yang ini adalah perbuatan Syaithoniy.

������Jenis kedua: Sihir Imajinasi.

Allōh berfirman:

قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى

“Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang (terijiminasi/ terkhayalkan) kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.” QS. Thoha: 66.

��Dan jenis ini juga disebut dengan ‘Al-Qumaroh’, yaitu orang-orang yang berbuat sesuatu di depan penglihatan manusia, dengan sesuatu yang tidak nyata, mereka memperlihatkan dengan menyayat tubuh dengan pedang,

atau dengan memakan paku-paku, atau api, atau juga beling kaca,

atau bahkan mereka masuk ke api,

��atau mereka dilindas mobil yang berjalan di atasnya,

��atau mereka berbaring tidur di atas paku,

atau menggerakkan mobil dengan kemauannya,

��atau dengan menampakkan kertas biasa kemudian diperlihatkan kepada manusia tiba-tiba berubah menjadi uang dan jika hilang jampinya maka kembali menjadi kertas seperti awalnya, (kecepatan gerakan; penj.) seperti yang terjadi pada para pencopet.

Dan diantara bentuk lainnya juga adalah dengan ia datang dengan membawa ja’al sejenis biji-bijian yang dikenal, dia ruabh dihadapan manusia ditunjukkan menjadi daging.

Demikian juga mereka menunjukkan di hadapan manusia dengan berjalan di atas benang yang halus, ini yang terkenal dengan Sirkus, atau juga disebut dengan Akrobat.

Ini semuanya adalah kebohongan dan kedustaan terhadap manusia, dan juga perbuatan 'Sihir Mata' di hadapan manusia, inilah sihir imajinasi, yang apabila pergi, maka semuanya kembali seperti sediakala.

Maka wajib bagi kita agar jangan tertipu dengan mereka, tidak pula membenarkan mereka, dan jangan pula menjadikannya tontonan untuk menyenangkan atau menggembirakan anak-anak dan masyarakat kita, dengan pertunjukkan sihir mereka".

_____________

الكتاب: التعليقات المختصرة على متن العقيدة الطحاوية.

المؤلف: صالح بن فوزان بن عبد الله الفوزان

Sumber:
Kitab At-Talīqōt al-Mukhtashoroh àlā al-Aqidah Ath-Thohāwiyyah.

Shōlih bin Fauzān bin Abdillāh Al-Fauzān.

Akhukum Hudzaifah bin Muhammad.

    =[Majmù Al-Fawāid]=

Saturday, August 30, 2014

Ipar adalah Kematian

Ipar adalah Kematian:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

��Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,��

��إيَّاكُمْ والدخول على النساءِ فقالَ رجلٌ منَ الأنصار يا رسولَ الله أفرأيتَ الْحَمُو قالَ الْحَمُو الموت

��"Janganlah kalian memasuki tempat para wanita. Maka berkata seorang lelaki dari kaum Anshar: Wahai Rasulullah, bagaimana dengan ipar? Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam berkata: Ipar adalah kematian." [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari 'Uqbah bin 'Amir radhiyallahu'anhu]

Makna "Ipar adalah Kematian"

��Ath-Thobari rahimahullah berkata,

��المعنى أن خلوة الرجل بامرأة أخيه أو بن أخيه تنزل منزلة الموت والعرب تصف الشيء المكروه بالموت

"Maknanya adalah seorang laki-laki yang berdua-duaan dengan istri saudaranya atau istri ponakannya sama seperti kematian (yang tidak disukai), dan kebiasaan orang Arab mensifatkan sesuatu yang tidak disukai dengan kematian." [Fathul Baari, 9/332]

��An-Nawawi rahimahullah berkata,

��وإنما المراد أن الخلوة بقريب الزوج أكثر من الخلوة بغيره والشر يتوقع منه أكثر من غيره والفتنة به أمكن لتمكنه من الوصول إلى المرأة والخلوة بها من غير نكير عليه بخلاف الأجنبي

"Maknanya adalah berdua-duaan dengan kerabat suami lebih berbahaya dibanding dengan selainnya, demikian pula kejelekan dan fitnah (godaan yang menjerumuskan kepada zina) dengan ipar lebih besar, karena (umumnya) sangat memungkinkan untuk berhubungan dan berdua-duaan dengannya tanpa mendapat teguran, berbeda dengan wanita lain (yang umumnya mendapat teguran orang)." [Fathul Baari, 9/332]

��Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

��قيل المراد أن الخلوة بالحمو قد تؤدي إلى هلاك الدين أن وقعت المعصية أو إلى الموت أن وقعت المعصية ووجب الرجم أو إلى هلاك المرأة بفراق زوجها إذا حملته الغيرة على تطليقها أشار إلى ذلك كله القرطبي

"Dikatakan bahwa berdua-duaan bersama ipar (adalah maut) maksudnya dapat mengantarkan kepada kebinasaan agama seseorang apabila terjadi kemaksiatan, atau mengantarkan kepada kematian apabila terjadi kemaksiatan (zina) dan wajib untuk dirajam (dilempari batu sampai mati dengan perintah penguasa), atau mengantarkan kepada kehancuran wanita tersebut karena bercerai dengan suaminya apabila suaminya cemburu sehingga menceraikan istrinya itu, semua makna ini diisyaratkan oleh Al-Qurthubi." [Fathul Baari, 9/332]

��Al-Qusyairi rahimahullah berkata,

��كأنه يقال : من قصد ذلك فليكن الموت في دخوله عوضا من دخول الحمو الذي قصد دخوله ، ويجوز أن يكون شبه الحمو بالموت ، باعتبار كراهته لدخوله ، وشبه ذلك بكراهة دخول الموت

"Seakan dikatakan: Barangsiapa yang sengaja melakukan hal itu maka lebih baik mati daripada berdua-duaan dengan ipar. Bisa juga maknanya adalah diserupakannya ipar dengan kematian, dari sisi tidak disukainya berdua-duaan dengannya, maka sebagaimana kematian itu tidak disukai demikian pula berdua-duaan dengan ipar tidak dibolehkan." [Ihkaamul Ahkaam, hal. 398]

Ustadz Sofyan Chalid Ruray
www.fb.com/sofyanruray.info

WhatsApp Syiar Tauhid

RINGKASAN AHKAM QURBAN

Ayo belajar Agama....

    

      بسم الله الرحمن الرحيم

RINGKASAN AHKAM QURBAN
************************

الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلا على خاتم النبيين والمرسلين محمد وعلى آله وأصحابه الطيبين الطاهرين وعلى من اتبع هداه إلى يوم الدين.

Dengan memohon pertolongan hanya kepada Allōh subhanahu wata’ala, berikut beberapa perkara yang kami susun terkait dengan Qurban.

PENGERTIAN QURBAN SECARA BAHASA DAN ISTILAH.
________________________

Secara bahasa, Qurban dalam bahasan Arabnya disebut dengan:

أُضْحِيَّةٌ
[udh-hiyyah]

Dan kata plurarnya:

أضاحي
[adhōhiy]

Terkenal-lah dengan istilah ini, karena syar’at qurban adalah sesembelihan yang diselenggarakan mulai waktu dhuha, yang merupakan asal kata dari istilah penamaan tersebut.

Dalam bahasa kita (Indo.) dikenal dengan ‘kurban’ atau ditulis dengan ‘qurban’. Mungkin bisa ditarik ke akar bahasa yaitu dari bahasa arab: Qurbah (قربة) , artinya: upaya untuk mendekatkan diri kepada Alloh dengan mencurahkan sesuatu.

Dan definisi secara syar’i Qurban adalah hewan yang khusus disembelih dalam rangka mendekatkan diri kepada Allōh, pada waktu yang khusus dengan syarat yang khusus.  (Misbāhul Munīr, hal: 359)

Dan syaikh Ibnul Utsaimin rohimahulloh mendefiniskannya dengan mengumpulkan dari akar bahasa dan istilah, beliau berkata:

الأضحية: ما يذبح من بهيمة الأنعام أيام عيد الأضحى بسبب العيد تقرباً إلى الله عز وجل

“Udhiyā adalah: Hewan yang disembelih, yang berupa hewan ternak pada hari Raya adhhā, sebagai sebuah sebab yang ditempuh oleh seorang hamba untuk mendekatkan dirinya kepada Allōh azza wa jalla”. (Ahkām al-Udhhiyā)

SYARIAT QURBAN.
___________________

Ibadah Qurban telah disebutkan pensyariatannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi serta Ijma’ para Ulama di setiap generasi.

Allōh subhānahu wataâlā berfirman:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (Qurban), supaya mereka menyebut nama Allōh terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allōh kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allōh)”. Al Hajj: 34.

Demikian juga Nabi yang mulia Muhammad sholallōhu alaihi wa sallam, sebagaimana disampaikan oleh shohabat Anas bin Malik:

كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ، وَيُسَمِّي، وَيُكَبِّرُ، وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَذْبَحُ بِيَدِهِ

“Beliau berqurban dengan dua ekor kibasy yang amlah dan bertanduk. (ketika hendak menyembelih) beliau membaca tasmiyah dan bertakbir. Dan aku melihat beliau menyembelih dengan tangan beliau sendiri”. (HR. Bukhōriy dan Muslim)

Demikian juga para ulama telah ijma’ berdasarkan Ayat dan Hadits di atas akan syariat ibadah Qurban ini. (Ibnu Qudāmah dalam Al-Mughniy: 9/ 435)

Sehingga ibadah Qurban ini adalah Syi’ar agama kita yang mulia Islam ini dan salah satu bentuk wajud dari peribadahan kepada Allōh yang telah datang keterangannya berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah nabi dan Ijma’ para Ulama.

KEUTAMAAN, TUJUAN DAN HIKMAH IBADAH QURBAN.
________________________

Para ulama menjelaskan bahwa pada ibadah Qurban itu terdapat hikmah yang sangat banyak diantaranya adalah:

✅Sebagai amalan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allōh subhanahu wata’alaa dengan menumpahkan darah hewan Qurban untuk mewujudkan ketakwaan kepada-Nya.

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

“Daging-daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan-mulah yang dapat mencapainya.” QS. Hajj: 37.

Dalam ayat ini juga terdapat perintah agar mengikhlaskan niat dalam melaksanakan Qurban hanya mencari keutamaan serta keridhoan Allōh, dan inilah akar keikhlasan dan ketakwaan.

✅Sebagai wujud menghidupkan ajaran nabiyullōh Ibrohim alaihissalam.
Sebagaimana dimaklumi akan kisah beliau dengan putra tercintanya nabi Isma’il alaihimassalam tentang perintah berqurban, yang pada akhirnya malaikat mendatangkan Qibasy untuk disembelih dalam rangka melaksanakan perintah Allōh .

قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang musyrik.” Ali Imron: 95.

✅Dalam rangka bersyukur kepada Allōh subhanahu wata’alaa atas kenikmatan yang tak terhingga, dan diantaranya dengan menundukkan hewan ternak untuk kita semua.

كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur." Al Hajj: 36.

✅Untuk mewujudukan berbagi kegembiraan bersama keluarga dan kaum muslimin pada hari raya dengan menikmati hewan Qurban tersebut, Rosulullōh bersabda:

أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشَرْبٍ، وَذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Hari-hari tasyriq itu adalah hari-hari untuk makan-makan serta berdzikir (menagungkan) kepada Allōh”. HR. Muslim.

(Al Mufashshol Fī Ahkāmil Udhiyā)

              ~°~

Bersambung -insyāAllōh-.

Friday, August 29, 2014

MENTAUHIDKAN ALLAH DENGAN MENGESAKAN KECINTAAN HANYA KEPADANYA

��Intisari Tauhid [21] 

MENTAUHIDKAN ALLAH DENGAN MENGESAKAN KECINTAAN HANYA KEPADANYA

��Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :✏

��وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ.

��“Dan di antara manusia, ada yang mengadakan (sembahan) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (terhadap-Nya), yang mereka mencintai (tandingan-tandingan) itu sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, cinta mereka amatlah dalam kepada Allah. Seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu hanyalah milik Allah seluruhnya dan bahwa siksaan Allah amatlah dahsyat, (niscaya mereka akan menyesal).” [Al-Baqarah: 165]

��Allah Ta’ala menyebutkan keadaan orang-orang yang berbuat syirik terhadap-Nya, di dunia dan tempat kembali mereka di akhirat, ketika mereka mengadakan tandingan-tandingan dan padanan-padanan bagi Allah dengan menyamakan tandingan-tandingan tersebut dengan Allah dalam kecintaan.

��Kemudian Allah menyebutkan keadaan orang-orang yang beriman muwahhidûn, bahwa mereka mencintai Allah melebihi kecintaan orang-orang (yang membuat tandingan) kepada tandingan-tandingan tersebut, atau melebihi kecintaan orang yang membuat tandingan kepada
Allah. Karena, kecintaan orang yang beriman kepada-Nya adalah murni, sedangkan kecintaan orang-orang yang membuat tandingan adalah bercabang/tercampur.

��Kemudian, Allah mengancam orang-orang musyrikin itu bahwa, seandainya mengetahui segala sesuatu yang akan dilihat dan menimpa kepada mereka, berupa perkara yang mengerikan dan adzab yang dahsyat nanti pada hari kiamat karena kesyirikan yang mereka lakukan, juga (mengetahui) keesaan Allah dalam kemampuan dan kemenangan terhadap tandingan-tandingan mereka, pasti mereka akan berhenti dari kesesatan yang mereka lakukan. Akan tetapi, hal itu tidak tergambar dalam diri mereka juga mereka tidak mengimani hal itu.

Faedah Ayat✏

��Bahwa termasuk ke dalam makna tauhid dan syahadat Lâ Ilâha Illallâh: menunggalkan kecintaan kepada Allah dengan kecintaan yang mengharuskan adanya perendahan diri dan ketundukan.

��Bahwa orang-orang musyrikin mencintai Allah dengan
kecintaan yang besar, tetapi (kecintaan) tersebut belum dapat
memasukkan mereka ke dalam Islam karena mereka menyekutukan Allah dengan selain-Nya dalam hal itu.

��Bahwa kesyirikan adalah kezhaliman.

��Ancaman terhadap orang-orang musyrikin pada hari kiamat
- - - - - - - 〜✽〜 - - - - - - -

��Diringkas dari Kitab Al-Mulakhos Fii Syarhi Kitab Tauhid Karya Syaikh Shalih Al-Fauzan✏

��WhatsApp Syiar Tauhid��

Sibuklah untuk mencari aib dirimu sendiri

Sibuklah untuk mencari aib dirimu sendiri...

Berkata Umar bin Khathab -radhiyallahu 'anhu-:

لا تشغلوا أنفسكم بذكر الناس فإنه بلاء وعليكم بذكر الله فإنه رحمة

"Janganlah kalian sibukkan diri kalian dengan menyebut-nyebut (aib) manusia karena itu adalah bencana, dan hendaklah kalian mengingat Allah, karena itu adalah rahmat".
_______
Mausu'ah Ibnu Abid Dun_ya (4/359).

Berkata Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-:

يبصر أحدكم القذاة في عين أخيه وينسى الجذع أو الجذل في عينه

"Salah seorang diantara kalian melihat kutu yang ada dimata saudaranya namun ia lupa tiang atau gunung yang ada didepan matanya".
_______
Az Zuhd Lil Imam Ahmad (323).

Seperti kata pepatah:
Semut diseberang lautan kelihatan namun gajah didepan mata tak kelihatan.

Berkata Muhammad bin Ka'ab -rahimahullah-:

إذا أراد الله بعبد خيرا جعل فيه ثلاث خصال: فقها في الدين وزهادة في الدنيا وبصرا بعيوبه

"Jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba maka akan dijadikan ia memiliki tiga perangai: pemahaman dalam agama, zuhud terhadap dunia dan bisa memandang terhadap aib dirinya".
_______
Shifatus Shafwah (2/473).

Berkata Bilal bin Sa'ad -rahimahullah-:

ذكرك حسناتك ونسيانك سيئاتك غرّة

"Selalu ingat terhadap kebaikanmu dan melupakan kejelekanmu adalah bentuk kelalaian".
______
Shifatus Shafwah (4/435).

Berkata Muhammad bin Sirin -rahimahullah-:

كنا نتحدث أن أكثر الناس خطايا أفرغهم لذكر خطايا الناس

"Kami dulu saling memberitakan bahwa orang yang paling banyak terjatuh dalam kesalahan adalah yang paling meluangkan waktunya untuk menyebut-nyebut kesalahan orang lain".
________
Mausu'ah Ibnu Abid Dun_ya (7/101).

             

Forward
Ustadz Fauzan al Kutawy

Silsilah Durus

Thursday, August 28, 2014

Yang Harus dilajukan Ketika Shalat Jum'at

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- berkata:

Rasulullah -shalallahu 'alaihi wa sallam- bersabda:

إذا قلت لصاحبك أنصت يوم الجمعة والإمام يخطب فقد لغوت

"Jika engkau berkata kepada temanmu: diamlah!! -pada hari jum'at dan imam sedang berkhutbah- maka sungguh engkau telah lalai".
Muttafaqun 'alaih.

Beberapa permasalahan seputar mendengarkan khutbah jum'at yang sering terjadi:

Jika khutbah tsb tidak terdengar disebabkan jauhnya jarak atau perkara lainnya maka apakah yang harus dilakukan??

Hendaklah ia berdzikir kepada Allah pada dirinya (tidak dikeraskan).

Inilah pendapat Alqomah, Atho', Said bin Jubair, An Nakhai, Asy Syafi'i, Ats Tsaury, Ahmad bin Hanbal dan Ishaq -rahimahumulloh-.

Jika khatib berkhutbah dengan perkara yang bertentangan dengan syariat seperti bid'ah, khurafat, kesyirikan, mencela sahabat dll, maka apakah yang harus dilakukan??

Hendaklah ia tidak mendengarkan khutbah tsb dan menyibukkan diri dengan berdzikir kepada Allah serta beristighfar kepada-Nya pada dirinya.

Inilah pendapat jumhur ulama' -rahimahumulloh-.

Jika seorang berjalan dijalan raya (menuju masjid) dan mendengar khathib berkhutbah karena menggunakan pengeras suara, maka apakah wajib baginya untuk diam dan mendengarkan khutbah??

Tidak ada kewajiban baginya untuk diam bahkan diperbolehkan baginya untuk berbicara sampai ia masuk kedalam masjid, karena arah sabda Nabi -shalallahu 'alaihi wa sallam- diatas adalah diarahkan kepada para hadirin yang ada didalam masjid.
Dan ini adalah pendapat jumhur ulama'.

Jika ada seseorang yang berbicara ketika khathib sedang berkhutbah, maka apakah boleh bagi kita berisyarat* agar ia diam??

Berkata Ibnu Rajab -rahimahullah-:
"Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama tentang bolehnya berisyarat kepadanya, kecuali apa yg dihikayatkan dari Thowus (menyelisihi pendapat tsb) namun itupun tidak shahih".
____
*isyarat maksudnya teguran dengan menggunakan gerakan tangan, kepala atau anggota badan lainnya tanpa mengeluarkan suara.

Jika khathib menyebut nama Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, apakah kita bershalawat kepadanya??

Pendapat yang kuat adalah hendaknya kita diam dan tidak bershalawat kepada Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam karena telah datang keterangan khusus larangan berbicara ketika khathib berkhutbah.

inilah pendapat Ats Tsaury, Abu Hanifah, Al Laits bin Sa'ad, Asy Syafi'i, Malik, Ibnul Mundzir dll.
Wallahu a'lam.

ustadz Fauzan al-Kutawy

Silsilah Durus

MENINGGALKAN SEGALA MACAM BENTUK PENGKULTUSAN INDIVIDU

Intisari Tauhid [20]

MENINGGALKAN SEGALA MACAM BENTUK PENGKULTUSAN INDIVIDU

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ.

Firman Allah Ta’âlâ, “Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, juga (mereka menyembah) Al-Masih putra Maryam, padahal mereka tiada lain diperintah untuk beribadah hanya kepada sembahan yang satu, yang tiada sembahan (yang berhak untuk disembah), kecuali Dia. Maha Suci Dia terhadap segala sesuatu yang mereka persekutukan.” [At-Taubah: 31]

Allah Subhânahu mengabarkan tentang orang-orang Yahudi dan Nashara bahwa mereka meminta nasihat kepada tokoh-tokoh mereka, dari kalangan ulama dan ahli ibadah, maka mereka pun menaati (ulama dan ahli ibadah) itu dalam penghalalan segala sesuatu yang telah Allah haramkan dan pengharaman segala sesuatu yang telah Dia halalkan. Dengan demikian, mereka telah mendudukkan ulama dan ahli ibadah sebagai rabb yang memiliki kekhususan dalam penghalalan dan pengharaman sebagaimana orang-orang Nashara menyembah Isa dengan menyatakan bahwa Isa adalah anak Allah. Mereka telah mencampakkan kitab Allah, yang telah memerintahkan mereka untuk taat hanya kepada-Nya dan beribadah hanya kepada-Nya semata -kabar dari Allah ini mengandung pengingkaran terhadap perbuatan mereka-. Oleh karena itu, Allah menyucikan diri-Nya terhadap kesyirikan yang terkandung dalam perbuatan mereka itu.

Faedah Ayat

Bahwa termasuk makna tauhid dan syahadat Lâ Ilâha Illallâh: menaati Allah dalam penghalalan dan pengharaman.

Bahwa barang siapa yang menaati makhluk dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal berarti ia telah menjadikan makhluk tersebut sebagai sekutu bagi Allah.

Bantahan terhadap orang Nashara akan keyakinan mereka
tentang Isa ‘alaihis salâm, dan keterangan bahwa beliau adalah hamba Allah.

Menyucikan Allah dari kesyirikan.

Diringkas dari kitab Al-Mulakhos Fii Syarhi Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan

WhatsApp Syiar Tauhid

Wednesday, August 27, 2014

Kisah Dai Penuh Hikmah

Kisah Dai Penuh Hikmah

Al 'Allamah Al Waalid Asy Syaikh Muhammad bin Ibrohim Alu Syaikh -mufti umum kerajaan saudi arabia sebelum Syaikh Bin Baz- berkisah;

Sekarang, aku ingin menceritakan kepada kalian kisahnya 'Abdurrohman Al Bakri, seorang Syaikh dari negri Nejd.

Dahulu beliau ber-tholabul ilmi di hadapan pamanku, Asy Syaikh 'Abdulloh bin 'Abdillatif Alu Syaikh, juga selain pamanku.

Setelah dirasa cukup, muncul keinginan untuk membuka madrasah di Oman, mengajarkan tauhid di sana. Dibukalah madrasah dengan biaya beliau sendiri. Jika dikira biaya mulai menipis, beliau pergi berdagang ke negri India. Terkadang beliau tinggal setengah tahun lamanya untuk berdagang.

Selanjutnya . . . Syaikh Bakri berkata,

Hingga suatu hari . . .
Aku berada di sebuah masjid di negri India. Ketika itu sedang ada dares. Dan di akhir dares, sang mudarris membuatku terkejut, dia mendoakan laknat untuk Syaikh Muhammad bin AbdilWahab.

Selesai dares, dia lewat didepanku. Mengerti aku orang arab, dia menyapaku, "Aku pandai berbahasa arab, namun aku ingin mendengarnya langsung dari orang arab."
Aku pun melihat ada kesempatan untuk menasehatinya. Sungguh apa yang dia lakukan saat dares benar-benar aneh. Aku undang dia ke rumahku.

Sebelum dia tiba, aku ambil "kitabut tauhid" karya Syaikh Muhammad bin AbdilWahhab lalu kusobek sampulnya dan kuletakkan di rak ruang tamu.

Akhirnya dia datang dan kupersilahkan masuk.
"Afwan, aku hendak mengambil semangka," kataku padanya. Aku pun beranjak mengambil semangka.

Begitu aku kembali, dia sedang membaca "kitabut tauhid" sambil mengangguk-ngangguk kepalanya.
"Siapa pengarang kitab ini?" tanyanya.
"Cara meletakkan bab per bab-nya mirip Shoheh Bukhori. Wallahi, ini mirip shoheh bukhori." sambungnya.
"Kita tanyakan saja kepada Syaikh Ghozwi, pemilik maktabah," ajakku menjawab pertanyaannya.

Akhirnya kami pergi ke maktabah. Setibanya di maktabah, aku bertanya kepada Ghozwi,
"di rumah aku punya sebuah kitab. Kemudian beliau -Syaikh tadi, pent- bertanya kepadaku siapakah pengarangnya. Apakah engkau tahu?"

Ghozwi dapat memahamiku. Diambilnyasebuah kitab berisi kumpulan risalah yang membahas tauhid. Setelah mencocokkan dengan kitabku, dia berkata, "ini karya Muhammad bin AbdilWahhab."

Begitu mendengarnya, syahdan Syaikh tadi marah dan berteriak, "yang kafir itu.!!??"

Seketika kami diam. Setelah agak tenang amarahnya, dia berkata, "inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Jika memang benar ini karyanya, sungguh kita telah mendholiminya."

Dikemudian hari, beliau dan murid-muridnya selalu mendoakan rahmat untuk Syaikh Muhammad bin AbdilWahhab di setiap penghujung daresnya.

Saat murid-muridnya menyebarkan dakwah di seluruh penjuru negri India, mereka pun selalu mendoakan rahmat untuk Syaikh Muhammad bin AbdilWahhab di penghujung dars(pelajaran) mereka.

(Diterjemahkan secara bebas dari kitab FATAWA WA RASAA-IL LISY SYAIKH MUHAMMAD BIN IBROHIM dengan sedikit penyesuaian)

Dikirim oleh Al-akh Yahya Solo (salah satu Thulab di Di Darul Hadist, Fuyus,Yaman)

WA Thulab Al-Fuyus  dan
WA SALAFY LINTAS NEGARA

Tuesday, August 26, 2014

BERLEPAS DIRI DARI SELURUH PERIBADAHAN KEPADA SELAIN ALLAH

Intisari Tauhid [19]

BERLEPAS DIRI DARI SELURUH PERIBADAHAN KEPADA SELAIN ALLAH

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
��وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ. إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala sesuatu yang kalian sembah, kecuali Dia Yang telah menciptakanku karena sesungguhnya hanya Dia yang memberi hidayah (kepadaku).’.”
[Az-Zukhruf: 26-27]

Allah mengabarkan tentang hamba-Nya, rasul-Nya, dan khalîl-Nya (yaitu Ibrahim ‘alaihis salâm) bahwa beliau berlepas diri dari segala sesuatu yang disembah oleh bapaknya dan kaumnya, serta beliau tidak memperkecualikan (apa-apa), kecuali Yang telah menciptakan dirinya, yaitu Allah Ta’âlâ. Maka, Ibrahim menyembah hanya kepada-Nya semata yang tiada sekutu bagi-Nya.

Faedah Ayat

Bahwa makna Lâ Ilâha Illallâh adalah menauhidkan Allah dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya dan barâ` ‘berlepas diri’ dari peribadahan kepada segala sesuatu selain Allah.

Menampakkan sikap barâ`ah (berlepas diri) terhadap agama orang-orang musyrikin.

Pensyariatan untuk berlepas diri dari musuh-musuh Allah, meskipun mereka adalah orang-orang terdekat kita.

Diringkas dari kitab Al-Mulakhos Fii Syarhi Kitab Tauhid Karya Syaikh Shalih Al-Fauzan

WhatsApp Syiar Tauhid
WA Radio As-Sunnah Sidrap

Dia Bukan Salafiy

Dia Bukan Salafiy

Pertanyaan :

“Semoga Allah melimpahkan kebaikan kepada Anda wahai syaikh,…. Penanya ini berkata : ‘Sungguh akhir-akhir ini telah banyak digunakan kalimat : ‘Fulan bukan salafiyyiin’ atau ‘Ia bukan termasuk salafiyyiin’. Apakah perkataan ini dianggap sebagai tabdii’ dan menjadi keharusan untuk menegakkan hujjah kepadanya ?”.

Jawab :
“Demi Allah, aku memperingatkan kalian agar tidak menggunakan ungkapan seperti ini. Yang lebih cocok/sesuai bagi muslim dan juga bagi penuntut ilmu…. bahwa mereka semua berada di atas kebaikan, mereka di atas ‘aqidah salaf. Sebagian mereka mungkin mempunyai beberapa kekurangan dan kebodohan, namun mereka tidaklah dikeluarkan dari lingkup Salafiyyin.

Perkataan ini tidaklah diperbolehkan. Perkataan ini tidak boleh diucapkan antar saudara, antar para penuntut ilmu, antar anak-anak kaum muslimin, dan diucapkan di negeri-negeri muslim… ini tidak diperbolehkan.
Seandainya engkau mengetahui beberapa pokok perselisihan yang terjadi dengan saudaramu, maka seharusnya engkau menasihatinya.

Adapun mengatakan : ‘dia bukan dari salafiy’ atau ‘tidak berada di atas salafiyyah’….

mungkin engkau sendiri belum mengetahui apa Salafiyyah itu.

Sebagian dari mereka mengklaim Salafiy, padahal mereka belum mengetahui apa makna Salafiy….

Jika kalian bertanya kepada mereka apa itu salafiyyah dan apa artinya, maka mereka tidak mengetahuinya. Na’am….”.

[selesai – dari penjelasan Asy-Syaikh Shaalih Al-Fauzaan hafidhahullah dalam

http://www.alfawzan.af.org.sa/index.php?q=node%2F9918].

Kematian dan Kehidupan Setelahnya

Audio Terbaru

Al-Ustadz Abdul Barr

Kematian dan Kehidupan Setelahnya-1
http://bit.ly/1ltnzPP

Larangan Memohonkan Ampunan Bagi Orang Tua Yang Meninggal Dalam Keadaan Musyrik
http://bit.ly/1APMsZi

WhatsApp Syiar Tauhid

[Renungan] kamu telah mengenal-Nya lantas kamu justru tidak mencintai-Nya

"RENUNGAN"
.......................................
قال اﻹمام ابن القيم رحمه الله :

من اعجب الأشياء أن تعرفه ثم لا تحبه..

وأن تسمع داعيه ثم تتأخر عن الاجابة..

وأن تعرف قدر الربح في معاملته ثم تعمل غيره..

وان تعرف قدر غضبه ثم تتعرض له..

وأن تذوق ألم الوحشة في معصيته ثم لا تطلب الأنس بطاعته..

وأن تذوق عصرة القلب عند الخوض في غير حديثه والحديث عنه ثم لا تشتاق الى انشراح الصدر بذكره ومناجاته..

وأن تذوق العذاب عند تعلق القلب بغيره ولا تهرب منه الى نعيم الاقبال عليه والانابه اليه..

واعجب من هذا علمك انك لابد لك منه وانك أحوج شيء اليه وأنت عنه معرض وفيما يبعدك عنه راغب..

Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

“Sungguh sebuah perkara yang amat mengherankan tatkala kamu telah
mengenal-Nya lantas kamu justru tidak mencintai-Nya..

Kamu mendengar da’i yang menyeru kepada-Nya namun kamu justru berlambat-lambat dalam memenuhi seruan-Nya..
Kamu menyadari betapa besar keuntungan yang akan dicapai saat bermuamalah dengan-Nya namun kamu justru memilih bermuamalah dengan selain-Nya..

Kamu mengerti betapa berat
resiko kemurkaan-Nya namun kamu justru nekat membangkang kepada-Nya..

Kamu bisa merasakan betapa pedih kegalauan yang muncul saat bermaksiat kepada-Nya namun kamu justru tidak mau mencari ketentraman dengan cara taat kepada-Nya..

Kamu bisa merasakan betapa sempitnya hati tatkala sibuk dengan ucapan selain-Nya dan meninggalkan pembicaraan tentang-Nya. Akan tetapi kamu tidak mencari kelapangan hati dengan berdzikir dan bermunajat kepada-Nya..

Kamu bisa merasakan betapa tersiksanya hatimu tatkala
bergantung kepada selain-Nya namun kamu tidak
meninggalkannya menuju kenikmatan pengabdian serta
kembali bertaubat kepada-Nya..

Dan yang lebih aneh lagi
daripada itu semua adalah kesadaranmu bahwa kamu pasti membutuhkan-Nya dan Dia adalah Dzat yang paling kamu butuhkan, akan tetapi kamu justru berpaling dari-Nya dan mencari-cari sesuatu yang menjauhkan dari-Nya..”

( lihat al-Fawa’id.hal : 62 )

Faedah dari Al Akh Abdul Majid Medan

what's app Thulab Al fiyusy

SABAR DALAM MENUNTUT ILMU

بسم الله_

SABAR DALAM MENUNTUT ILMU

ASY-SYAIKH SOLEH AL-FAUZAN_hafidzahullah.

Seorang penuntut 'ilmu haruslah bersabar,
Bersabar di atas "kesulitan dan lamanya waktu" yang dibutuhkan ketika menuntut 'ilmu,

Hendaklah ia bersabar dan tetap menuntut 'ilmu,walaupun waktunya lama,janganlah berkeluh kesah dan merasa bosan,

Jangan engkau berputus asa atau menganggap bahwa menuntut ilmu adalah perkara yang sulit,ataukah merasa lama waktu yang dibutuhkan ketika menuntut ilmu,

"BERSABARLAH,NISCAYA ENGKAU AKAN MENDAPATKAN PAHALA,

Hendaklah engkau tetap bersabar dan terus-menerus menuntut 'ilmu,
Jangan merasa bosan sampai engkau menggapai apa yang engkau cita-citakan dengan idzin Allah.

BARANGSIAPA YANG BERJALAN DI ATAS JALURNYA,MAKA AKAN SAMPAI KE TUJUAN___,.

Al-Ustadz Abu 'Abdillah Sahl Al-Bugisy

WA Radio As-Sunnah Sidrap

Monday, August 25, 2014

PEMBAGIAN TAUHID DAN SYIRIK

Silsilah Durusul Muhimmah [4]

Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz rahimahullah

PEMBAGIAN TAUHID DAN SYIRIK

Tauhid itu terbagi tiga bagian, yaitu:

1. Tauhid Rububiyah.
2. Tauhid Uluhiyah.
3. Tauhid Asma' dan Sifat.

Syirik itu terbagi tiga bagian, yaitu:

1. Syirik Akbar (besar).
2. Syirik Ashghar (kecil).
3. Syirik Khafiy (tersembunyi).

Syirik Akbar berakibat runtuhnya seluruh amal perbuatan dan kekal di
Neraka, bagi orang yang mati dalam keadaan syirik. Sebagaimana firman
Allah سبحانه و تعالي:

وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka
amalan yang telah mereka kerjakan. (Surah Al-An'am: 88).

مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَن يَعْمُرُواْ مَسَاجِدَ الله شَاهِدِينَ
عَلَى أَنفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُوْلَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي
النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid
Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah
orang-orang yang sia-sia pekerjaannya dan mereka kekal didalam Neraka.
(Surah At-Taubah: 17 ).

Orang yang mati (sedang ia masih melakukan syirik akbar ini), ia tidak
akan diampuni, haram baginya Syurga. Sebagaimana firman Allah عزّوجلّ:

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً
عَظِيماً
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang memperse¬kutukan Allah, maka sungguh
ia berbuat dosa yang besar. (Surah An-Nisa: 48).

إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ
وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya Syurga dan tempatnya di neraka, tidak ada bagi
orang-orang zhalim seorang penolongpun. (Surah Al-Ma'idah: 72).

Diantara bentuk-bentuk (Syirik Akbar ini) ialah: Berdo'a kepada orang
mati, kepada berhala-berhala, memohon pertolongan dari mereka,
bernadzar untuk mereka, menyembelih untuk mereka dan sebagainya.

Syirik Ashghar ialah: (Perbuatan) yang penamaan-nya ditetapkan oleh
nash-nash Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai syirik, akan tetapi tidak
termasuk jenis syirik akbar; seperti : Riya' dalam beberapa perbuatan,
bersumpah dengan selain Allah, ucapan "Masya Allah wa sya'a Fulan"
(Apa yang dikehendaki Allah dan dikehendaki Fulan) dan sebagainya.

Berdasarkan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم:
أَخْوَفُ مَا أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ،فَسُئِلَ عَنْهُ؟
فَقَالَ: الرِّيَاءُ
Sesuatu yang paling aku takutkan (menimpa) kamu adalah Syirik Ashghar.
Lalu beliau صلي الله عليه وسلم ditanya tentang (Syirik Ashghar),
beliau menjawab: (Ia adalah) Riya'". (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Ath-Thabrani serta Al-Baihaqi, dari Mahmud bin Lubaid Al-Anshari رضي
الله عنه, dengan sanad yang baik. Diriwayatkan pula oleh Ath-Thabrani
dengan beberapa sanad yang baik dari Mahmud bin Lubaid, dari Rafi' bin
Khudaij, dari Nabi صلي الله عليه وسلم.)

منْ حَلَفَ بِشَيْءٍ دُونَ اللَّهِ ، فَقدْ أَشْرَكَ
Barang siapa yang bersumpah dengan sesuatu selain Allah, maka ia telah
berbuat syirik. (Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang shahih,
dari Umar bin Khattab رضي الله عنه)

Dan diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan sanad yang
shohih dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu'anhu dari Nabi صلي الله عليه
وسلم, bahwa beliau bersabda:
منْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ ، فَقدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ
"Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka sungguh ia telah
kafir atau berbuat syirik".

Dan sabda beliau:
لاَ تَقُولُوا : مَاشَاءَ اللَّه وَشَاءَ فُلانٌ ، وَلَكِنْ قُولُوا :
مَا شَاءَ اللَّه ، ثُمَّ شَاءَ فُلانٌ
Janganlah kamu mengatakan "Jika dikehendaki Allah dan dikehendaki
Fulan", akan tetapi katakanlah "Jika dikehendaki Allah, kemudian
dikehendaki Fulan. (Dikeluarkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang
shahih, dari Hudzaifah bin Al-Yaman رضي الله عنه)

(Syirik Ashghar) ini tidak berakibat riddah (keluar dari agama Islam),
tidak pula berakibat kekal di Neraka, akan tetapi ia (Syirik Ashghar)
tidak sesuai dengan kesempurnaan Tauhid yang diwajibkan.

Syirik Khafiy: Dalilnya adalah sabda Nabi صلي الله عليه وسلم:
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ
المَسِيْحِ الدَّجَّالَ؟ قَالُوا: بَلَيْ يَارَسُولُ الله. قَالَ:
الشِّرْكُ الْخَفَيُّ، يَقُومُ الرَّجُلُ فَيُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ
صَلاَتَهُ لِمَايَرَي مِنْ نَظَرِ الرَّجُلِ إِلَيْهِ
"Maukah kamu aku beritahukan apa yang paling aku takutkan (menimpa)
kamu lebih dari (takutku atasmu) terhadap Al-Masih Ad-Dajjal? Mereka
(para shahabat) menjawab: Mau, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: (ia
itu adalah) syirik khafiy (syirik yang tersembunyi), bahwa seseorang
berdiri, lalu shalat, kemudian ia membaguskan shalatnya, karena ia
melihat ada orang yang sedang memperhatikannya". (Diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dalam kitabnya Al-Musnad, dari Abi Sa'id Al-Khudriy رضي
الله عنه)

Syirik dapat juga dibagi dua saja: Syirik Akbar dan Syirik Ashghar.
Sedang Syirik Khafiy dapat masuk pada kedua syirik tersebut. Syirik
Khafiy dapat masuk pada Syirik Akbar, seperti Syirik orang-orang
munafik, karena mereka menyembunyikan akidah mereka yang batil; dan
menampakkan ke-Islaman mereka, atas dasar riya' dan takut atas
kepentingan diri mereka.

Sedang Syirik Ashghar, seperti riya', sebagaimana (yang telah
dijelaskan) dalam hadits Mahmud bin Lubaid Al-Anshari yang telah lalu;
dan hadits Abu Sa'id diatas. Wallahu Waliyyut Taufiq (Hanya Allah lah
yang dapat memberi pertolongan).

WA Radio As-Sunnah Sidrap

BERIBADAH HANYA KEPADA YANG MAHA MENCIPTA BUKAN YANG DICIPTA

Intisari Tauhid [18]

BERIBADAH HANYA KEPADA YANG MAHA MENCIPTA BUKAN YANG DICIPTA

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
��أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا.

“Orang-orang yang diseru oleh kaum musyrikin itu juga berusaha untuk mencari jalan kepada Rabb mereka agar lebih dekat (kepada-Nya), serta mereka mengharapkan rahmat Nya dan takut terhadap adzab-Nya. Sesungguhnya adzab Rabb-mu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.” [Al-Isrâ`: 57]

Allah Subhânahuwata'ala mengabarkan bahwa mereka yang disembah selain Allah oleh orang-orang musyrikin, dari kalangan malaikat, para nabi, dan orang-orang shalih, (mereka sendiri) bersegera mencari pendekatan diri kepada Allah karena mengharap rahmat dan takut terhadap adzab Allah.
Kalau keadaan mereka seperti itu, berarti mereka termasuk ke dalam kategori hamba-hamba Allah maka bagaimana bisa mereka disembah bersama Allah Ta’âlâ? Sementara mereka sibuk dengan diri mereka sendiri: berdoa dan berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan beribadah kepada-Nya.

Faedah Ayat:

Bantahan terhadap orang-orang yang berdoa kepada para wali dan orang shalih untuk menghilangkan bahaya dan memperoleh manfaat. Karena, mereka yang diseru itu tidak kuasa menolak bahaya dan mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri maka bagaimana bisa ia melakukan hal itu untuk orang lain.

Penjelasan tentang besarnya rasa takut para Nabi dan
orang-orang shalih kepada Allah dan penjelasan tentang harapan mereka kepada rahmat Allah.

Diringkas dari kitab Al-Mulakhos Fii Syarhi Kitab Tauhid Karya Syaikh Shalih Al-Fauzan

WhatsApp Syiar Tauhid

Urgensi Ucapan ‘Insya Allah’

Renungan Dari Ayat-ayat Al-Qur`an [23]

Urgensi Ucapan ‘Insya Allah’
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا ، إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,’ kecuali (dengan menyebut), ‘Insya Allah’.”[Al-Kahf: 23-24]

Ayat ini adalah petunjuk Allah kepada Rasul-Nya shallallâhu ‘alaihi wa sallam agar hal yang beliau telah niatkan dengan kesungguhan disandarkan kepada kehendak Allah ‘Azza wa Jalla semata.

Karena dialah Allah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang mengetahui segala hal yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, serta Allah mengetahui apa yang tidak akan terjadi andaikata terjadi bagaimana terjadinya.

Insya Allah artinya kalau Allah menghendaki.

Sebuah etika bagi seorang muslim untuk meyakini bahwa apa yang dia lakukan hanya terjadi bila Allah menghendakinya.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menceritakan kisah Nabi Sulaiman ‘alaihissalam yang akan mendatangi 70 istrinya dalam satu malam, -dalam sebuah riwayat 90 istri dan dalam riwayat lain 100 istri-, agar setiap istrinya tersebut melahirkan seorang penunggang kuda yang berjihad di jalan Allah.

Tapi, Nabi Sulaiman ‘alaihissalam lupa membaca ‘Insya Allah’. Akhirnya, tidak ada yang melahirkan dari istri-istrinya kecuali seorang istri saja yang melahirkan anak cacat.

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengingatkan bahwa andaikata Nabi Sulaiman ‘alaihissalam membaca ‘Insya Allah’ pasti setiap istrinya akan melahirkan seorang penunggang kuda yang berjihad di jalan Allah.

Biasakanlah diri dengan etika yang agung ini, agar Allah memberkahi segala usaha dan amalanmu.

Al-Ustadz Dzulqarnain M.Sunusi

WhatsApp Syiar Tauhid

Mengenal SYAIKH ABDUL AZIZ BIN ABDULLŌH ÃLU SYAIKH HAFIDHZOHULLŌHU TAÂLĀ

Tak Kenal maka Tak Sayang

Yuk mengenal 'Ulama

بسم الله الرحمن الرحيم

SYAIKH ABDUL AZIZ BIN ABDULLŌH ÃLU SYAIKH HAFIDHZOHULLŌHU TAÂLĀ

NASAB BELIAU
Beliau adalah Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Lathif  bin Abdurrahman bin Hasan bin Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

WAKTU DAN TEMPAT LAHIR BELIAU
Beliau dilahirkan pada tanggal 3-12-1362 H (1 Desember 1943 M) di Makkah Al Mukarramah.

PERTUMBUHAN BELIAU
Sejak lahir, penglihatan beliau lemah hingga akhirnya hilang pada tahun 1381 H (1962 M). Pada tahun 1370 H (1951 M), ayah beliau wafat. Ketika itu beliau masih kecil dan umur beliau belum sampai delapan tahun.

Beliau mulai menuntut ilmu dengan belajar Al Quranul Karim di Masjid Ahmad bin Sinan. Beliau hafal Al Quran pada tahun 1373 H (1954 M) ketika berumur 12 tahun. Kemudian beliau menuntut ilmu kepada beberapa ulama di halaqah-halaqah  ta’lim. Pada tahun 1375-1380 H (1956-1961 M) beliau belajar di Ma’had Imam Ad Da’wah Al Ilmu Riyadh. Setelah itu, beliau  belajar di Fakultas Syariah Universitas Al Imam Muhammad bin Su’ud di Riyadh dan lulus pada tahun 1383/1384 (1964/1965 M) dengan kualifikasi Licant (Lc atau S1) dalam ilmu-ilmu syariah dan bahasa Arab. Walaupun sudah belajar di ma’had dan  universitas, beliau masih menghadiri halaqah-halaqah para ulama di masjid-masjid.

GURU-GURU BELIAU
Beliau memiliki banyak guru, di antara mereka yaitu :

1.     Asy Syaikh Muhammad bin Sinan. Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh belajar Al Qur’an hingga menyelesaikan hafalannya di bawah bimbingan beliau.

2.     Samahatusy Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh, Mufti Saudi yang pertama. Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh belajar kitabut Tauhid, Al Ushul Ats Tsalatsah, dan Al Arba’in An Nawawiyyah kepada beliau.

3.     Asy Syaikh Abdul Aziz Asy Syitsri. Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh belajar Umdatul Ahkam dan Zadul Mustaqni’ kepada beliau pada tahun 1375-1376 H (1956-1957 M).

4.     Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Mufti Saudi yang kedua dan Ketua Haiah Kibaril Ulama saat itu. Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh  belajar Faraidh kepada beliau pada tahun 1377 (1958 M) dan 1380 H (1961 M).

5.     Asy Syaikh Abdul Aziz bin Shalih Al Mursyid. Kepada beliau, Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh belajar Faraidh, Nahwu, dan Tauhid pada tahun 1379 H (1960 M).

KEDUDUKAN SEBAGAI IMAM MASJID DAN KHATIB
1.     Pada tahun 1389 H (1970 M), beliau menjadi imam dan khatib masjid Jami’ Syaikh Muhammad bin Ibrahim di Dukhnah Riyadh setelah wafatnya Syaikh Muhammad bin Ibrahim pada tahun tersebut.

2.     Pada bulan Ramadhan di tahun yang sama, beliau ditunjuk sebagai khatib di masjid Jami’ Al Kabir Riyadh.

3.     Beliau memegang posisi sebagai imam shalat Jumat di Masjid Syaikh Abdullah bin Abdul Lathif dari tahun 1390 H (1971 M).

4.     Pada tahun 1402 H (1981 M), beliau ditunjuk sebagai khatib di Masjid Namirah di Arafah.

5.     Pada bulan Ramadhan tahun 1412 H (1991 M), beliau ditunjuk sebagai imam dan khatib di Masjid Jami Imam Turki bin Abdullah di Riyadh hingga saat ini.

AKHLAK BELIAU
Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh hafidhahullah tumbuh dengan baik (shalih) sejak kecil. Beliau juga memiliki sifat wara’, takwa, ikhlas, nasehat terhadap pemerintah dan kaum muslimin secara umum, cinta dan lembut kepada banyak orang, khususnya kepada para penuntut ilmu.

TINGKATAN PROFESI BELIAU
1.     Setelah lulus dari Universitas Al Imam Muhammad bin Su’ud di Riyadh, beliau ditunjuk sebagai pengajar di Ma’had Imam Ad Da’wah Al ‘Ilmi Riyadh sejak tanggal 1-7-1384 H (6 November 1964 M) sampai tahun 1392 H (1972 M).

2.  Pengajar di Fakultas Syariah Universitas Al Imam Muhammad bin Su’ud Riyadh sejak 7-5-1399 H (4 April 1979 M) sampai tahun 1412 H (1991 M).

3.    Pengajar di Fakultas Syariah dan Ma’had Al ‘Ali Lil Qadha’ (Fakultas Hukum) Universitas Al Imam Muhammad bin Su’ud Riyadh sejak tanggal 13-11-1400 H (23 September 1980 M).

Di samping mengajar, beliau juga berpartisipasi dalam berbagai macam pertemuan ilmiah di kampus tersebut. Beliau pun turut memberikan bimbingan dan diskusi terhadap beberapa tesis Magister dan Doktoral pada Fakultas Syariah, Ushuluddin, dan Ma’had Al ‘Ali Lil Qadha di universitas tersebut dan Universitas Ummul Qura’ Makkah Fakultas Syariah.

4.     Pada bulan Syawal tahun 1407 H (1986 M) beliau ditunjuk oleh pemerintah sebagai anggota Haiah Kibaril Ulama.

5.     Beberapa tahun kemudian beliau pindah dari Universitas Al Imam Muhammad bin Su’ud karena ditunjuk sebagai anggota pemberi fatwa di Departemen Riset Ilmiah dan Fatwa Riyadh dengan surat keputusan No.1/76 tanggal 15-7-1412 H (20 Januari 1992 M).

6.     Pada tahun 1416 H terbitlah perintah kerajaan dengan nomor 838 tanggal 25-8-1416 H (16 Januari 1996) berisi penunjukkan beliau sebagai wakil mufti Kerajaan Arab Saudi.

7.     Setelah Samahatusy Syaikh Abdul Bin Baz rahimahullah wafat, terbitlah perintah kerajaan dengan no. A/20 tertanggal 29-1-1420 H (15 Mei 1999 M) berisi penunjukkan beliau sebagai mufti Kerajaan Arab Saudi sekaligus ketua Haiah Kibaril Ulama dan Idaroh Buhuts ‘Ilmiyyah wal Ifta (Departemen Riset Ilmiah dan Fatwa). Jabatan mufti di Arab Saudi adalah jabatan setingkat menteri.

SEMANGAT BELIAU DALAM MENYEBARKAN ILMU
Walaupun beliau sudah pindah dari Universitas Al Imam Muhammad bin Su’ud, tetapi karena kerjasama beliau yang terus berlanjut dengan universitas tersebut, hubungan beliau tetap terjalin. Hal itu terlihat dengan kadang-kadang beliau masih mengajar di Ma’had Al ‘Ali Lil Qadha dan membimbing beberapa diskusi karya ilmiah magister dan doktoral. Diskusi karya ilmiah yang terakhir beliau ikuti adalah yang dilaksanakan di Fakultas Ushuluddin pada hari Rabu tanggal 26-1-1420 H (12 Mei 1999 M).

Beliau juga turut berpartisipasi memberikan fatwa dalam acara radio (di antaranya adalah acara Fatwa Nur ‘Ala Ad Darb dari tahun 1414 H (1993 M), begitu pula dalam acara keagamaan di media-media lain. Beliaupun sering hadir dalam acara-acara ilmiah, seminar, ceramah dan penyampaian pelajaran. Beliau memiliki halaqah di Masjid Jami’ Al Imam Turki di Riyadh. Selain di Riyadh, beliau juga mempunyai jadwal khusus untuk berdakwah di Thaif hingga saat ini.

SITUS RESMI BELIAU : http://www.mufti.af.org.sa

Sumber :
http://www.mufti.af.org.sa
http://www.ahlalhdeeth.com

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites