Monday, June 30, 2014

Berbuka tapi tidak jadi bersafar

♻FAIDAH RAMADHAN (03)

Berbuka tapi tidak jadi bersafar

✔Berkata Ibnu Abdil Barr -rahimahullah-:

وقد أجمعوا أنه لو مشى في سفره حتى تغيب بيوت القرية والمصر فنزل فأكل ثم عاقه عائق عن النهوض في ذلك السفر لم تلزمه كفارة

"Dan mereka (para ulama') telah bersepakat bahwa seandainya seorang telah melakukan perjalanan safarnya hingga meninggalkan kampung halamannya dan iapun singgah lalu makan kemudian ada suatu rintangan yang menghalanginya untuk melanjutkan perjalanan pada safar tersebut (akhirnya ia kembali, pent) maka tidaklah ada keharusan baginya membayar kaffarah".

__________
��Al Istidzkar (10/90).

              

��ustadz Fauzan al-Kutawy��

��Silsilah Durus��

Saturday, June 28, 2014

Menggunakan pasta gigi bagi seorang yang berpuasa

♻FAIDAH RAMADHAN (02)

Menggunakan pasta gigi bagi seorang yang berpuasa

✔Berkata Syeikh Ibnu 'Utsaimin -rahimahullah-:

يجوز, لكن الأولى ألّا يستعملها لما في المعجون من قوة النفود والنزول إلى الحلق وبدلا من أن يفعل ذلك في النهار يفعله في الليل أو يستعمل الفرشة بدون المعجون

"Hal tersebut diperbolehkan, namun yang lebih pantas adalah tidak menggunakannya karena pada pasta (odol) tersebut ada bentuk kuatnya daya tarik ketenggorokan, dan sebagai pengganti hal tersebut yaitu penggunaannya disiang hari maka hendaknya ia melakukannya dimalam.hari atau ia menggunakan sikat gigi tanpa pasta (odol)".

_________
��Asy Syarhul Mumti' (6/394)

                  

��ustadz Fauzan al-Kutawy��

��Silsilah Durus��

Syair Ramadhan

��Syair Ramadhan��

Buah pena:��

Ustadz Wira Bachrun Al Bankawy

Bismillah...✅

Malam itsbat, malam penetapan
Hilal tak terlihat, sya'ban digenapkan
Shalat tarawih mulai dijalankan
Besok puasa kita laksanakan

Sahur pertama terasa berbeda
Makan dipaksa walau tak selera
Berusaha dapatkan berkah dari-Nya
Dengan mengikut sunnah nabi kita

Adzan subuh berkumandang
Makanan di meja tak lagi terhidang
Mari semua marilah datang
Ke masjid kita pergi sembahyang

Di masjid ramai tak boleh gaduh
Ibadah khusyuk jiwa dan tubuh
Masuk masjid jangan dulu bersimpuh
Tegakkan dua rakaat sunnah subuh

��Imam tiba iqomat terdengar
Saatnya kita berdiri tegak sejajar
Imam bertakbir Allahu akbar
Bacaan panjang haruslah sabar

Subuh berakhir dhuha menanti
Mengisi waktu tilawah berbunyi
Membaca Al Qur'an dengan hati
Mentadabburi makna dan isi

Dhuha tiba hati pun senang
Menegakkan badan dengan riang
Terus beribadah tanpa berpantang
Karna kepada-Nya lah kita berpulang

Tengah hari tuk istirahat
Renggangkan badan hilangkan penat
Tidur sebentar agar kuat
Melanjutkan puasa dengan semangat

Adzan dhuhur mulai bergema
Saatnya kembali ke rumah-Nya
Berjama'ah dengan saudara
Jangan lupa sunat rawatibnya

Puasa tak hanya lapar ditahan
Berkata yang baik menjaga lisan
Syahwat dibendung demikian pula ucapan
Pahala yang banyak Allah janjikan

Puasa bukan halangan kerja
Kita tunjukkan muslim berkarya
Pekerjaan selesai seperti biasa
Tapi ibadah tetap yang utama

Adzan ashar tlah terdengar
Ke masjidlah kita keluar
Kembali menunduk pada Al Qohhar
Menunaikan kewajiban agungkan syi'ar

Akhirnya kesabaran itu berbuah
Adzan maghrib menutup gelisah
Kita berbuka dengan basmalah
Mengucap syukur dengan hamdalah

��Sungguh benar kata nabi
Ini nikmat yang tak terperi
Berbuka puasa setelah sehari
Apalagi kelak bertemu Rabbi

Berbuka cukup sekedarnya
Air putih dan butiran kurma
Shalat maghrib harus dijaga
Jangan luput jama'ahnya

Makan malam t'lah terhidang
Menggugah selera dan mengundang
Makan jangan terlalu kenyang
Isya' dan tarawih kan seg'ra datang

Malam ramadhan jangan disia
Baca Al Qur'an tamatkan juznya
Bila letih tutuplah mata
Sambil berharap ridho dari-Nya

Lailatul qadar malam mulia
Dia datang dengan rahasia
Mari berdoa pada Allah yang Esa
Agar kita mendapatkannya

��Ketika akhir ramadhan tiba
Siapkan beras tunaikan zakat fitrahnya
Berdoa agar amalan diterima
Tahun depan ramadhan kembali dijumpa

��Sumber: http://forumsunnah.net/syair-ramadhan/

Friday, June 27, 2014

Kokohlah bersama ulama dalam menghukumi seseorang

Kokohlah bersama Ulama dalam Menghukumi seseorang.
〰〰〰〰〰〰〰〰

Asy-Syaikh Ahmad An-Najmy rohimahulloh:

السؤال : هل يجوز لطالب العلم المتمكن أن يبدع أو يكفر أم أن هذا لأهل العلم خاصة ؟

الجواب : لا يجوز لطالب العلم المبتدئ أن يبدع أو يكفر إلا بعد أن يتأهل لذلك، و عليه إسناد الأمر لكبار أهل العلم خاصة، لأن الله تعالى يقول : ولو ردوه إلى الرسول و إلى أولي الأمر منهم لعلمه الذين يستنبطونه منهم.

Tanya: Apakah boleh bagi seorang penuntut ilmu yang telah memiliki ilmu yang kuat untuk membid’ahkan atau mengkafirkan? Atau ini adalah hanyalah bagi para Ulama secara khusus saja?

Jawab:
Tidak boleh bagi seorang penuntut ilmu yang baru, untuk membid’ahkan atau mengkafirkan kecuali memang dai telah ahli dalam hal tersebut, dan ia harus menyandarkan perkara itu kepada para Ulama yang besar yang khusus, sebab Alloh berfirman:

رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الأمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ

“Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka” QS. Annisa: 83.
 
(Sumber: Al-Fatāwā al-Jaliyyah, juz: 2)

〰〰〰〰〰〰〰〰

Asy-Syaikh Sholih Al Fauzan hafidhzohulloh.

السائل : هناك من يزهد في الردود ويرى أن هذا تفريق للأمة وربما زهدوا فيمن يردون على أهل البدع والضلال وهناك من يرى عدم الخوض في الردود والتكلم في أخطاء طلبة العلم والدعاة إذا أخطأوا ونأمل التوجيه حيال ذلك ؟

فأجاب حفظه الله : 
الردود على قسمين : 
الردود الصادرة عن أهل العلم والمعرفة والبصيرة لبيان الحق ودحض الباطل فهذه ردود مفيدة ولابد منها. 
أما الردود التي تصدر عن الجهال والطلاب غير المتمكنين أو الردود التي تصدر عن أهواء ورغبات فهذه ردود لا تجوز لأنها تضر ولا تنفع .
أما الردود الصحيحة الصادرة عن أهل العلم المعتمدة على بيان الحق لا على الهوى فهذه لابد منها لأنه لا يجوز السكوت عن أهل الضلال ينشرون ضلالهم ويغررون بالأمة وشباب الأمة .
الإجابات المهمة في المشاكل الملمة الجزء الثاني

Tanya:
Di sana ada orang yang enggan membantah dan menganggap bahwa hal ini bisa menimbulkan perpecahan di tengah ummat, dan mereka enggan untuk membantah ahli bid’ah dan tokoh-tokoh kesesatan. Dan juga ada di sana orang-orang yang yang berpandangan tidak bolehnya berdalam-dalam membahasa bantahan dan menyebut kesalahan para penuntut ilmu serta da’I jika mereka melakukan kesalahan.
Dan kami memperhatikan bagaimana pengarahan menghadapi keadaan seperti itu?

Jawab:
Bantahan itu ada dua jenis:

-Bantahan yang datang dari ahli ilmu dan ma’rifah serta bashiroh utnuk menjelaskan al-Haq dan membantah kebatilan, jenis ini adalah bantahan yang sangat berfaidah dan merupakan sebuah keharusan.

-Dan bantahan yang datang dari orang-orang yang bodoh, atau para penuntut ilmu yang belum sampai derajat kokoh keilmuannya, atau bantahan yang datang dari hawa nafsu dan semangat-semangat belaka, maka ini merupakan bantahan yang tidak dibolehkan, menyebabkan kerusakan dan tidak bermanfaat.

Adapun bantahan yang benar adalah yang datang dari ahli ilmu yang kokoh dalam memnjelaskan al-Haq dan bukan karena hawa nafsu. Yang demikian adalah keharusan, sebab tidak boleh baginya untuk diam dari orang-orang sesat dan menyebarkan kesesarannya, menipu ummat dan para pemuda.

(Sumber: al-Ijābah al-Muhimmah fi al-Masyākil al-Mulimah, juz: 2)

��Dengan penjelasan para Ulama inilah, kita katakan bahwa: menghukumi seseorang itu sesat, mumayyi' atau keluar dari ahlussunnah, dikembalikan kepada para Ulama.

Wallohu'alam.

Peringatan dari mencela Ulama'

بسم الله الرحمن الرحيم

JANGAN TERTIPU DENGAN GAYA BICARANYA YANG SUKA MENCELA.

(Peringatan Dari Mencela Ulama’)
_________________________________

Peringatan Dari Mencela Ulama’

Asy-Syaikh Abdurrahman Al-Luwaihiq hafizhahullah berkata dalam “Qawa’id Fi At-Ta’amul Ma’a Al-’Ulama” halaman 101-103:

Sesungguhnya mencela ulama’ dan menghina mereka merupakan jalannya orang yang menyimpang dan sesat. Yang demikian itu karena sesungguhnya mencela ulama bukanlah celaan terhadap diri-diri mereka, akan tetapi itu adalah celaan terhadap agama, dakwah yang mereka emban, dan agama yang mereka anut.

Mencela ulama hukumnya haram karena mereka termasuk muslimin, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِى شَهْرِكُمْ هَذَا فِى بَلَدِكُمْ هَذَا

“Sesungguhnya darah-darah kalian, harga diri – harga diri kalian, haram atas kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini, dalam bulan kalian ini, di negeri kalian ini.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan Muslim dari Jabir radhiyallahu ‘anhu.

Dan bertambah keharamannya karena mencela ulama merupakan tangga yang mengantarkan untuk mencela agama. Dan ini adalah yang diinginkan oleh ahlu bida’ yang mencela pendahulu umat ini dan ulamanya yang mengikuti mereka dengan baik. Jalan dan sebab-sebab yang diukur dengan tujuan dan mengikuti hukum tujuan yang dituju.

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Disaat tujuan nitu tidaklah tercapai kecuali dengan sebab-sebab dan jalan-jalan yang mengantarkan padanya, jadilah sebab dan jalan tersebut mengikuti hukumnya, dan diukur dengannya. Perantara perkara yang haram dan maksiat terkait dengan dibencinya dan dilarangnya, hal tersebut sesuai dengan kadar besarnya dia bisa mengantarkan pada tujuannya dan sesuai dengan besarnya keterkaitan dengan perkara yang dituju. Perantara perkara ketaatan dan amal baik terkait dengan dicintainya dan dijinkannya sesuai dengan kadarnya dia bisa mengantarakan pada tujuannya. Maka perantara kepada suatu maksud mengikuti hukumnya yang dimaksud. Keduanya sama-sam yang dimaksud hanya saja yang ini dimaksudkan karena dia tujuannya adapun yang satu dimaksudkan sebagai perantara. Jika Allah Ta’ala mengharamkan sesuatu, yang mana perkara tersebut memiliki jalan dan perantara yang mengantarkan padanya, maka sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan perantara tersebut dan melarangnya sebagai wujud pengharamkan perkara tersebut dan pengkukuhan pengharamannya, serta pelarangan dari mendekatinya. Kalau seandainya Allah Ta’ala membolehkan perkara yang mengantarkan pada perkara haram tersebut maka hal itu akan membatalkan pengharaman perkara tersebut, penghasutan terhadap jiwa. Dan hikmah Allah Ta’ala serta ilmu llah Ta’ala jauh dari hal itu sejauh-jauhnya.”. (I’lam Al-Muwaqi’in: 3/147).

Ketika para salaf memahami hal ini maka mereka menghukumi orang yang merendahkan para shahabat adalah orang zindiq dikarenakan akibat yang timbul dari sikap tersebut berupa pelecehan terhadap agama dan penghinaan sunnah pemimpin para rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam-:

Dari Mush’ab bin Abdillah berkata: “Abu Abdillah bin Mush’ab Az-Zubairy mengabarkan padaku: Berkta kepadaku Amirul Mukminin Al-Mahdy: “Wahai Abu Bakr, apa yang kau katakan tentang orang yang merendahakan shahabat Arsulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Aku berkata: ” Dia orang zindiq”. Dia berkata: “Aku belum pernah dengar seorangpun berkata demikian sebelummu.” Aku berkata: “Mereka adalah kaum yang ingin merendahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka mereka tidak menemukan seorangpun dari umat ini yang mengikuti mereka dalam hal ini. Maka mereka merendahkan para shahabat di sisi anak-anak mereka, dan mereka di sisi anak-anak mereka, seakan-akan mereka mengatakan: “Rasulullah ditemani oleh para shahabat yang jelek, betapa jelek orang yang ditemani oleh orantg-orang yang jelek”. Maka dia berkata: Tidaklah aku melihat kecuali seperti apa yang engkau katakan.”. (Tarikh Baghdad: 10/174).

Kemudian beliau berkata:

Demikian ulama salaf berkata tentang orang yang mencela ulama dari kalangan tabi’in dang orang-orang setelah mereka.

Al-Imam Ahmad rahimhullah berkata: “Jika engkau lihat seseorang mencela Hammad bin Salamah maka ragukanlah keislamannya. Sesungguhnya Hammad sangat keras terhadap ahlul bid’ah.” (Al-Kifayah: 49).

Dan Yahya bin Ma’in rahimahullah berkata: “Jika engkai lihat seseorang mencela Hammad bin Salamah dan Ikrimah maula Ibnu ‘Abbas maka ragukanlah keislamannya.” (As-Siyar: 7/450).

Semua ini dibawa kepada ucapan tentang seorang ‘alim secara zhalim dan dengan hawa nafsu.

Kemudian beliau berkata:

Sesungguhnya salaf tidak hanya melarang dari mencela ulama, bahkan mereka melarang dari meremehkan ulama.

Al-Imam Ibnul Mubarak rahimahullah berkata: “Keharusan bagi seorang yang berakal untuk tidak meremehkan tiga orang: Ulama, Penguasa dan saudara. Siapa yang meremehkan ulama hancurlah akhiratnya, siapa meremehkan penguasa hancurlah dunianya, dan siapa yang meremehkan saudara hilanglah wibawanya.” (As-Siyar: 17/251).

Menghina ulama adalah sikap menyakiti mereka. Dan menyakiti ulama adalah menyakiti wali-wali Allah dan shalihin, kaarena ulama orang yang pertama kali disifati sebagai wali Allah Ta’ala. Dan ini maknanya bahwa menyakiti ulama adalah perkara yang bahaya. Karena siapa yang memusuhi wali Allah Ta’ala maka Allah Ta’ala mengumumkan peperangan padanya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits qudsy,

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ

“Siapa memusuhi wali-Ku maka sungguh Aku telah mengumumkan padanya peperangan.” (Diriwayatkan Al-Bukhary).

Menghina ahlul ilmi wa fadhl serta mencela dan merendhakna mereka bahaya bagi agama seseorang, dimana itu bisa mengantarkan pelakunya pada akibat yang tidak dia kira dan tanggung. Seorang munafiq telah mengatai shahabat: “Tidaklah aku melihat seperti para qura’ kita itu yang paling tamak perutnya, paling dusta lisannya dan paling penakut ketika bertemu musuh”. Maka jadilah kalimat ini tanda akan kufurnya orang-orang munafiq ini. Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat tentang mereka menolak udzur mereka,

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُونَ * لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَآئِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَآئِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُواْ مُجْرِمِينَ

“Dan jika engkau tanya mereka niscaya mereka akan mengatakan: “Sesungguhny kami hanya bergurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok? Tidak usah kalian meminta ma’af, karena kalian telah kafir setelah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan orang dari kalian niscaya Kami akan mengadzab golongan yang lain dikarenkan mereka adalah orang yang berbuat dosa.” (At-Taubah: 65-66)

Allah Ta’ala telah menjadikan hinaan mereka terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan shahabatnya adalah hinaan terhadap Alah Ta’ala.

Kemudian beliau berkata:

Dan menggunjing ulama dosanya lebih besar dari pada menggunjing selain mereka.

Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Asakir Ad-Dimasyqy berkata: “Ketahuilah wahai saudaraku semoga Allah Ta’ala memberikan taufiq kepada kami dan engkau untuk meraih ridha-Nya dan menjadikan kita termasuk orang yang takut dan bertakwa pada-Nya dengan sebenar-benar takwa. Sesungguhnya daging para ulama rahimahumullah itu beracun, dan kebiasaan Allah Ta’ala dalam mengkoyak tirai penutup orang yang merndahkan ulama itu sangat jelas. Karena menuduh mereka dengan perkara yang mereka bebas darinya adalah hal yang sangat besar. Mengusik kehormatan mereka dengan dusta dan mengada-ada adalah ladang yang membahayakan dan menyelisihi orang yang dipilih Allah Ta’ala dari mereka untuk menyebarkan ilmu adalah akhlaq yang sangat tercela.” (Tabyin Kadzib Al-Muftary: 28)

Janganlah engkau menjadikan para gembel berani mencela ulama. Sesungguhnya sebagian penuntut ilmu bmenjadikan manusia lancang mencela ulama dengan melontarkan ucapan yang tidak dia sangka akan sampai kemana saja. Maka dia amaengatakan: “Fulan tidak diperhitungkan keshahihannya, Fulan tidak diterima pendapatnya”. Bisa jadi perkataan orang yang mengkritik inhi benar akan tetapi seyogyanya tidak dikatakan di depan umujm, di depan orang yang baru menuntut ilmu yang tidak bisa menimbang ucapan dan tidak bisa mengukurnya. Bahkan dia mengambil kalimat itu lalau lancang -dengan semboyan kami rijal dan mereka rijal- terhadap ulama kemudia terhadap para imam, demikian seterusnya, maka kejelekan itu awalnya kejelekan.

Diterjemahkan dengan sedikit peringkasan takhrij oleh

‘Umar Al-indunisy

Darul HAdits – Ma’bar, Yaman.

Thursday, June 26, 2014

Kewajibanmu tatkala Ramadhan

                بسم الله الرحمن الرحيم

Rambu-rambu di bulan Romadhōn...

Sebuah risalah ringkas dari seorang Ulama Robbaniy, dengan judul:

             “Kewajiban-Mu
          Tatkala Romadhōn”
           ******************

Ketahuilah wahai saudaraku Muslim…

Sesungguhnya Allōh telah mewajibkan kepada kita berpuasa untuk beribadah kepada-Nya. Dan agar puasa-mu maqbul dan berfaidah, amalkanlah perkara berikut:

.Jagalah Sholat.
Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi meremehkan sholat, yang merupakan tiang tonggaknya agama dan meninggalkannya merupakan kekufuran.

.Jadilah Engkau Orang Yang Baik Akhlaknya, jauhilah kekufuran, jauhilah mencela agama, jauhilah perbuatan jelek dalam berinteraksi dengan manusia. Itu semua dibutuhkan oleh puasa-mu, puasa itu mendidik jiwa, dan bukanlah membuat jelek akhlak, membuat kekufuran yang membuat seorang Muslim keluar dari agama.

.Janganlah Kamu Berbicara Dengan Kata-Kata Yang Kotor, walaupun bercanda, sehingga akan menyebabkan rusaknya puasamu. Dengarkan sabda Nabi shollallōhu’alaihi Wa Sallam: “JIka pada saat berpuasa salah seorang dari kalian, maka janganlah ia berkata kotor ketika itu, jangan pula teriak-teriak (hiruk-pikuk), apabila ada yang mencela atau mengajaknya bertengkar, katakanlah padanya: Saya ini sedang berpuasa, saya ini sedang berpuasa!”. (Janganlah ia berkata kotor, maksudnya kekejian dan kenistaan dalam ucapan). Muttafaq ‘alaihi.

.Ambil Manfaat Dari Puasa Itu Untuk Meninggalkan ROKOK, penyebab kanker dan sakit pendarahan. Jadikanlah ia kuatnya keinginan di hati, tinggalkan di seore sebgaimana engkau tinggalkan di siang hari, jagalah kesehatan dan hartamu.

.Janganlah Berlebih-Lebihan Dalam Makanan Tatkala Berbuka, yang berakibat hilangnya manfaat puasa dan merusak kesehatanmu.

.Janganlah pergi Ke Sinema Dan Televisi, menonton perkara-perkara yang merusak akhlak sehingga mengikis ibadah puasa.

.Jangan Banyak Bergadang, sehingga akan menelantarakan sahur dan sholat subuh. Beramal-lah ketika waktu subuh di pagi hari, Rosulullōh Shollallōhu’alaihi Wa sallam bersabda: “Ya Allōh, berilah keberkahan untuk ummatku pada waktu pagi hari nya mereka”. Hadits Shohih riwayat Ahmad dan Tirmidziy.

.Perbanyaklah Sedekah Kepada Karib Kerabat Dan Orang-Orang Yang Butuh, kunjungilah keluarga, dan perbaikilah dengan musuh (yang membencimu; penj.)

.Perbanyaklah Ber-Dzikr Kepada Allōh, membaca Quran dan mendengarkannya, mentadabburinya, mengamalkannya. Dan pergilah ke Masjid untuk mendengarkan ta’lim-ta’lim yang bermanfa’at, dan I’tikaf di sepuluh hari terakhir di Masjid merupakan Sunnah.

��.Bacalah Risalah (tulisan pembahasan; penj.) Yang Terkait Dengan Puasa, dan selainnya , supaya tahu hukum-hukumnya, hingga engkau mengetahui berilmu bahwasanya makan dan minum yang terjadi karena kelupaan itu tidaklah membatalkan puasa, dan  engkau akan tahu bahwa keadaan junub itu bukanlah penghalang untuk berpuasa, hanyasaja kewajiban untuk mengangkat junub itu dengan bersuci supaya bisa sholat.

.Jagalah Puasa Romadhōn, dan didiklah pembiasaan puasa anak-anakmu bila mereka mampu. Janganlah berbuka tanpa adanya udzur, barangsiapa yang berbuka tanpa udzur sehari saja dengan sengaja, harus baginya untuk menggantinya dan juga bertaubat.

Dan barangsiapa yang jima’ di tengah puasanya pada bulan Romadhōn, harus baginya menunaikan kaffaroh sesuai urutan. (yaitu: membebaskan seorang budak, jika tidak mampu maka bepuasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu, maka dengan member makan enam pulun orang miskin.

.Jauhilah… Wahai Saudaraku Muslim!, berbuka (tidak berpuasa; penj.) ketika Romadhōn, jauhilah dengan menampakkannya terang-terangan di hadapan manusia. Perbuatan itu adalah kelancangan terhadap Allōh, pelecehan terhadap Islam, dan kekurang-ajaran diantara manusia. Ketahuilah bahwasanya bagi yang tidak melaksanakan puasa, tidaklah ada baginya ‘ied. Hari raya ‘ied adalah kegembiraan dan kebahadiaan yang sangat besar dengan sempurnanya puasa dan diterimanya ibadah.

______
��Kitab: “Taujihāt Islāmiyyah lil Ishlāhil Fard wal Mujtamà” (Bimbingan Islam untuk memperbaiki individu dan Masyarakat)

✏Karya: Fadhilatusy-Syaikh Muhammad bin Jamīl Zainu.

Cetakan pertama.

Penterjemah: akhukum, Hudzaifah bin Muhammad.

       =[Majmù Al-Fawāid]=

Wednesday, June 25, 2014

Kedudukan yang mulia bagi SEDEKAH di buan Ramadhan

AYOOO...!!!!!!

����B.E.R.S.E.D.E.K.A.H����

           ��Silsilah Fāidah��
��Menyambut Bulan Romadhōn��
_______________________________

           KEDUDUKAN
              Yang Mulia bagi

           ��S.E.D.E.K.A.H��

                          di

          Bulan Romadhōn

��➖��➖��➖��➖��➖��

235 ـ ما هي منزلة الصدقة في رمضان ؟

الصدقة في رمضان أفضل من الصدقة في غيره؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم سماه شهر المواساة .
وكان صلى الله عليه وسلم أجود ما يكون في شهر رمضان حين يلقاه جبريل في رمضان، كان أجود بالخير من الريح المرسلة .
وقال عليه الصلاة والسلام : ( من فطر فيه صائمًا؛ كان كفارة لذنوبه، وعتق رقبته من النار، وكان له من الأجل مثل أجر الصائم من غير أن ينقص من أجره شيئًا )

فهذا دليل على فضل الصدقة في شهر رمضان، لا سيما وأنه شهر الصيام، ويحصل للمحتاجين فيه جوع وعطش، مع قلة ما بأيديهم؛ فإذا جاد عليهم المحسنون في هذا الشهر؛ كان في ذلك إعانة لهم على طاعة الله سبحانه وتعالى في هذا الشهر .

إضافة إلى أن الطاعات عمومًا تضاعف في الزمان الفاضل والمكان الفاضل، فتضاعف الأعمال لشرف الزمان؛ كما أن الأعمال تضاعف لشرف المكان؛ كما في مسجدي مكة والمدينة؛ فإن الصلاة في مسجد مكة عن مئة ألف صلاة فيما سواه، والصلاة في مسجد النبي صلى الله عليه وسلم بالمدينة عن ألف صلاة فيما سواه ، وذلك لشرف المكان، وكذلك شرف الزمان؛ تضاعف فيه الحسنات، وأعظم ذلك شهر رمضان الذي جعله الله موسمًا للخيرات وفعل الطاعات ورفعة الدرجات .

Tanya:
Bagaimanakah kedudukan amalan sedekah di bulan Romadhōn?

Jawab:
Sedekah di bulan Romadhōn itu lebih afdhol daripada sedekah di luar Romadhōn. Karena nabi Shollallōhu àlaihi Wa Sallam menyebut Romadhōn sebagai bulan al-Muwāsamah (Saling memberi - berbagi).
Dan Nabi Shollallōhu àlaihi Wa Sallam sendiri beliau adalah orang yang paling dermawan dan sangat semangat, terlebih ketika bulan Romadhōn tatkala Jibril turun menemui beliau di bulan Romadhōn, beliau adalah manusia yang paling semangat dan cepat terhadap kebaikan, bahkan lebih cepat daripada hembusan angin.

Dan Nabi Shollallōhu àlaihi Wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang memberi makan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka dengan amalannya itu penggunggur dosa-dosanya, dan pembebas lehernya dari kekangan ikatan api neraka, dan baginya balasan semisal dengan ganjaran yang didapatkan orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun”.

Maka ini adalah dalil yang menunjukkan keutamaan sedekah di bulan Romadhōn, apalagi itu juga merupakan bulan puasa yang disaat itu orang-orang yang sangat membutuhkan, mereka merasakan lapar dan haus ditambah lagi keadaan mereka yang tidak memiliki apa-apa ditangannya, tatkala ada orang yang baik berderma kepada mereka di bulan ini, maka hal itu menjadi pertolongan bagi mereka untuk bisa mewujudkan ketaatan pada Alloh subhanahu wa taala di bulan ini.

Penyandaran ketaatan secara umum yang akan berlipat balasannya kepada waktu yang utama dan penyandarannya kepada tempat yang utama.

Maka, akan berlipat balasan dari amalan-amalan berdasarkan kemuliaan zaman atau waktu, sebagaimana amalan-amalan itu juga akan berlipat balasannya berdasarkan kemuliaan sebuah tempat.

Seperti di dua Masjid mekkah dan madinah, sholat di Masjid mekkah itu lebih utama seratus ribu kali lipat daripada sholat di tempat selainnya, ini dikarenakan kemuliaan tempat. Demikian juga, kemuliaan sebuah momen/ waktu itu juga membuat amalan-amalan berlipat balasannya, dan yang termulianya dari masa itu adalah bulan Romadhōn, yang telah Alloh jadikan sebagai musim untuk kebaikan-kebaikan, dan amalan-amalan ketaatan serta terangkatnya derajat”.

               ��Sumber��
Al-Muntaqō min Fatāwā Al-Fauzān.
                 《No. 235》

Penerjemah:
Ustadz Hudzaifah Abu Khodijah
             -hafizhahullah-

           ��WhatsApp��
��Al-Fatawa Al-Fauzaniyyah��

Tuesday, June 24, 2014

Download kajian terbaru "50 pelajaran berharga dari nasehatat Luqman Al Hakim kepada anaknya"

Download Audio Terbaru��

"50 Pelajaran Berharga dari Nasehat Luqman Al Hakim Kepada Anaknya"

Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray

Pertemuan-1:
http://goo.gl/9N8E98

Pertemuan-2:
http://goo.gl/n6GmHg

Pertemuan-3:
http://goo.gl/LwAHYP

��http://forumsunnah.net/?p=242

Semoga Bermanfaat. ��Barokallahufiikum.

��WhatsApp Syiar Tauhid

Nashihat Yang IndahBagi mereka yang meninggalkan Sholat ketika bulan Romadhōn dan selainnya

Silsilah Fāidah Romadhōn.
_________________________

                      
    Nashihat Yang Indah
  Bagi mereka yang meninggalkan
    Sholat ketika bulan Romadhōn
                dan selainnya”

            Fadhilatusy-Syaikh
  Al Imām Muhammad bin Sholih
                 Al-Utsaimin
              -Rohimahullōh-
    ****************************

سئل فضيلة الشيخ - رحمه الله تعالى -:
هناك من يصوم ولا يصلي فما نصيحتكم لهم؟

فأجاب فضيلته بقوله:
نصيحتي لهؤلاء أن يفكروا ملياً في أمرهم، وأن يعلموا أن الصلاة أهم أركان الإسلام بعد الشهادتين، وأن من ترك الصلاة متهاوناً، فإنه على القول الراجح الذي تؤيده دلالة الكتاب والسنة وأقوال الصحابة أنه يكون كافراً كفراً مخرجاً عن الملة مرتدًّا عن الإسلام، فالأمر ليس بالهين، ومن كان كافراً مرتدًّا عن الإسلام لا يقبل منه لا صيام، ولا صدقة، ولا أي عمل، لقوله تعالى {وَمَا مَنَعَهُمْ أَن تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلاّ" أَنَّهُمْ كَفَرُواْ بِاللهِ وَبِرَسُولِهِ وَلاَ يَأْتُونَ الصلاةَ إِلاَّ وَهُمْ كُسَالَى وَلاَ يُنفِقُونَ إِلاَّ وَهُمْ كَارِهُونَ كَارِهُونَ} فبين الله سبحانه وتعالى أن نفقاتهم مع أنها ذات نفع متعدد للغير لا تقبل منهم مع كفرهم، وقال سبحانه وتعالى: {وَقَدِمْنَآ إِلَى مَا عَمِلُواْ مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَآءً مَّنثُوراً} وهؤلاء الذين يصومون ولا يصلون لا يقبل صيامهم، بل هو مردود عليهم، لأنهم كفار، فنصيحتي لهم أن يتقوا الله عز وجل، وأن يحافظوا على الصلاة، ويقوموا بها في أوقاتها ومع جماعة المسلمين، وأنا ضامن لهم بحول الله أنهم إذا فعلوا ذلك فسوف يجدون في قلوبهم الرغبة الأكيدة في رمضان وفيما بعد رمضان على أداء الصلاة في أوقاتها مع جماعة المسلمين، لأن الإنسان إذا تاب إلى ربه وأقبل عليه وتاب إليه توبة نصوحاً، فإنه قد يكون بعد التوبة خيراً منه قبلها، كما ذكر الله سبحانه وتعالى عن آدم عليه الصلاة والسلام أنه بعد أن حصل ما حصل منه من أكل الشجرة قال الله تعالى: {ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى} .

                       * * *

Tanya:
“Ada orang yang berpuasa tapi tidak sholat, apa nasihat Anda untuk mereka?”

Jawab:
“Nasihat dariku… untuk mereka agar memikirkan/ merenungi sejenak keadaan mereka. Dan aga mereka menyakini bahwa Sholat itu adalah bagian dari rukun-rukun Islam setelah dua kalimat Syahadat, dan sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkannya karena meremehkannya, maka hukumnya berdasarkan pendapat yang lebih tepat dalam masalah ini yang ditunjukkan dari Kitab dan Sunnah serta ucapan para Shohabat, bahwasanya hukumnya adalah ia menjadi kafir keluar dari agama Islam sebagai murtad.

Maka, perkaranya bukanlah perkara yang SEPELE!!!.

Dan barangsiapa yang dirinya telah menjadi kafir murtad dari Islam, tidaklah diterima darinya amalan puasanya, tidakpula sedekahnya, dan tidak dari seluruh amalannya.

Berdasarkan firman Allōh:

وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلا يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلا وَهُمْ كُسَالَى وَلا يُنْفِقُونَ إِلا وَهُمْ كَارِهُونَ

“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan”. QS. At-Taubah: 54.

Allōh menjelaskan bahwa nafkah-nafkahnya mereka itu , walaupun ada manfaat darinya yang sangat banyak bagi orang lain, tetap tidaklah diterima dari mereka dengan kekufurannya mereka.

Dan Allōh juga berfirman:

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. QS. Al-furqon: 23.

Mereka itu yang berpuasa tetapi tidak sholat, tidaklah diteriman puasanya mereka, justru tertolak dari mereka, sebab mereka telah menjadi orang-orang yang kafir.

Sehingga, nasihat Saya untuk mereka…

Agar bertakwa kepada Allōh azza wa jalla. Dan agar senantiasa menjaga sholat, tunaikanlah sholat tersebut pada waktun-waktunya bersama dengan jama’ah kaum Muslimin.

Dan Saya menjamin untuk mereka, dengan kekuasaan Allōh, bahwa mereka itu jika melaksanakannya, maka kelak mereka akan mendapatkan di hati-hati mereka harapan cinta sukacita yang kuat terhadap Romadhōn , dan juga setelah Romadhōn  untuk melaksanakan Sholat pada waktu-waktunya dengan berjama’ah bersama kaum Muslimin.

Karena seorang hamba apabila ia bertaubat kepada Robb-nya, menghadapkan diri pada-Nya dan bertaubat pada-Nya dengan taubat yang nashuhah, maka keadaan dirinya akan menjadi lebih baik dari pada sebelumnya.

Sebagaimana yang Allōh subhanahu wa ta’ala sebutkan tentang kisah nabi Adam alihish-sholatu was salaam, ketika terjadilah apa yang terjadi pada diri beliau, dengan memakan buah dari sebuah pohon, kemudian Allōh berfirman:

ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى

“Kemudian Robb-nya memilihnya* Maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” QS. Thoha: 122.

*Maksudnya: Allōh memilih Nabi Adam alaihissalam untuk menjadi hamba yang dekat kepada-Nya (tambahan penterjemah).

___________
[Majmû Fatāwā wa Rosāil Fadhilatusy-Syaikh Muhammad bin Shōlih Al-Ùtsaimin, wafat: 1421 H]

       =[Majmù Al-Fawāid]=

Monday, June 23, 2014

Puasa tapi gak sholat, baca ini dulu biar puasanya gak sia sia

Silsilah Fāidah Romadhōn
__________________________

[[  Puasa, tapi…
                 Nggak Sholat?!!!  ]]

          'P E R I N G A T A N !'

     "Dari Ahli Ilmu dan Iman

                       bagi

     Yang Meninggalkan Sholat
         dan Berpuasa di Bulan      
                 Romadhōn"
    *******************************

����������������

س:
يوجد من يصوم رمضان دون أن يؤدي فريضة الصلاة، هل صيامه مقبول؟

ج:
الذي لا يصلي لا يصح منه الصيام حتى يتوب إلى الله تعالى ويقيم الصلاة؛ لقوله صلى الله عليه وسلم: «بين العبد وبين الكفر ترك الصلاة  » ، والكافر لا يصح منه عمل.

وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.

Tanya:
“Ada yang berpuasa tapi tidak menunaikan kewajiban sholat, apakah puasa-nya itu bisa diterima?”

Jawab:
“Orang yang tidak melaksanakan sholat, tidaklah sah puasa-nya, hingga ia bertaubat kepada Allōh taâlā kemudian melaksanakan sholat.

Berdasarkan sabda Nabi Shollallōhu àlaihi Wa Sallam:

بين العبد وبين الكفر ترك الصلاة

‘Antara seorang hamba dan kekufuran itu adalah dengan meninggalkan Sholat’. (HR. Muslim, Tirmidziy dan An-Nasāi).

Dan, seorang yang kafir itu tidaklah diterima amalannya.

Hanya kepada Allōh kita memohon taufik, semoga sholawat dan salam dari Allōh kepada Nabi Muhammad, dan keluarga serta shohabatnya.”

[Fatāwā Al-Lajnah Ad-Dāimah, jilid II/ 15928. Periode Asy-Syaikh Àbdul Àziz bin Bāz]

����������������
س:
ما الحكم في رجل يصوم ولا يصلي إلا في شهر رمضان؟ هل يُقبل صيامه ؟

ج:
الصواب أن من ترك الصلاة كفر وإن لم يجحد وجوبها، هذا هو الحق فإذا كفر فلا صيام له ولا حج له، حتى يتوب إلى الله سبحانه وتعالى، فإذا صام وهو لا يصلي فإن صومه باطل، وحج وهو لا يصلي حجُّه باطل، لا يجزئه؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم: «بين الرجل وبين الشرك والكفر ترك الصلاة»
وقوله صلى الله عليه وسلم: «العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة، فمن تركها فقد كفر»، وقوله عليه الصلاة والسلام: «رأس الأمر الإسلام، وعموده الصلاة» و في أحاديث كثيرة في هذا الباب.

Tanya:
“Apa hukumnya seorang yang puasa dan tidak sholat kecuali hanya di bulan Romadhōn  saja, apakah diterima puasanya itu?”

Jawab:
“Yang benar, bagi orang yang tidak sholat itu adalah hukumnya kafir (keluar dari keislaman; penj.) walaupun ia tidak menentang akan kewajibannya. Inilah yang benar.

Maka, tidaklah sah puasanya, dan tidak pula haji-nya. Keculai ia bertaubat kepada Allōh subhānahu wa taâlā.

Sehingga, apabila ia berpuasa dan ia tidak sholat, maka puasanya itu batil, dan juga haji-nya orang yang tidak sholat itu juga haji yang batil, tidak sah.

Berdasarkan sabda Nabi Shollallōhuàlaihi wa Sallam: “Antara seorang itu dengan kesyirikan serta kekufuran adalah dengan ia meninggalkan sholat”. (HR. Muslim), dan juga sabda beliau: “Ikatan perjanjian antara kita dengan mereka (orang2 non Muslim; penj.) adalah Sholat, barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh telah menjadi kafir (non-Muslim; penj.)”. HR. Ahmad.
Dan juga sabda beliau: “Kepala dari segala urusan itu adalah Islam, dan tiangnya adalah Sholat”.

Dan banyak sekali hadits yang menjelaskan permasalahan ini”.

[Fatāwā Nūr alad Darb, Syaikh Àbdul Àzīz bin Bāz rohimahullōh, wafat: 1420 H]

��������������

سئل فضيلة الشيخ - رحمه الله تعالى -:
ما حكم الصوم مع ترك الصلاة في رمضان؟

فأجاب فضيلته بقوله:
إن الذي يصوم ولا يصلي لا ينفعه صيامه، ولا يقبل منه، ولا تبرأ به ذمته. بل إنه ليس مطالباً به مادام لا يصلي، لأن الذي لا يصلي مثل اليهودي والنصراني، فما رأيكم أن يهوديًّا أو نصرانيًّا صام وهو على دينه، فهل يقبل منه؟ لا. إذن نقول لهذا الشخص: تب إلى الله بالصلاة وصم، ومن تاب تاب الله عليه.

Tanya:
“Apa hukumnya orang yang berpuasa dengan meninggalkan sholat di bulan Romadhōn?”

Jawab:
“Orang-orang yang berpuasa dan tidak melaksanakan sholat itu tidaklah bermanfaat puasanya, tidaklah diterima darinya, dan tidaklah terlepas darinya beban tanggung-jawab dari hal itu.

Bahkan dia teranggap orang yang bukan diinginkan dari kebaikan puasanya selama ia tidak sholat.

Karena, orang yang tidak sholat itu sama dengan orang-orang Yahudi dan Nashrani, bagaimana menurut anda jika orang Yahudi atau Nashrani berpuasa tapi tetap beragama dengan agamanya?!, apakah bisa diterima?!!!, tidak!.

Oleh karena itulah, kita katakan kepada orang seperti ini: bertaubatlah kepada Allōh, sholat dan berpuasalah, siapa saja yang bertaubat kepada Allōh, Allōh akan menerima taubatnya”.

[Majmû Fatāwā wa Rosāil Fadhilatusy-Syaikh Muhammad bin Shōlih Al-Ùtsaimin, wafat: 1421 H]

����������������

ما حكم من صام رمضان المبارك دون أن يؤدي فرائض الصلاة نهائيًا دون عذر؛ علمًا بأننا نصحناه كثيرًا ولم يستمع لذلك ؟

الذي يضيع الصلاة لا يصح منه صيام ولا غيره؛ لأن ترك الصلاة كفر، والكافر لا يصح منه عمل، والصلاة هي الركن الثاني من أركان الإسلام، والصيام الركن الرابع؛ فالصلاة مقدمة على الصيام، وهي عمود الإسلام .
فالذي لا يصلي لا يصح منه صيام ولا غيره، وعليه أن يتوب إلى الله سبحانه وتعالى، ويحافظ على الصلوات الخمس، ثم يحافظ على بقية أمور دينه من صيام وغيره .
أما مادام أنه لا يصلي؛ فإنه ليس بمسلم، ولا يصح منه عمل، والصلاة هي عمود الإسلام، وهل يقوم بناء بلا عمود ؟ ! هذا مستحيل .
الكتاب : المنتقى من فتاوى الفوزان

Tanya:
“Apa hukumnya orang yang berpuasa Romadhōn  al-mubaarok tanpa mengerjakan sholat fardhu, karena malas dan bukan karena adanya udzur?, untuk diketahui bahwa kami telah sering menasihatinya, tetapi tidaklah diperhatikan nasihat itu.”

Jawab:
“Bagi orang yang meninggalkan sholat itu tidaklah sah puasanya dan juga amalan lainnya. Karena meninggalkannya berarti kufur. Dan orang yang telah kafir itu tidaklah sah darinya amalan apapun.

Sholat itu merupakan rukun ke dua dari rukun-rukun Islam, dan puasa merupakan rukun ke-empat. Sehingga sholat itu dikedepankan daripada puasa, karena itulah ia merupakan tiang tegaknya Islam.

Sehingga, orang yang tidak sholat, tidaklah sah darinya puasa dan tidak pula amalan lainnya.

Ia harus bertaubat kepada Allōh subhānahu wa taâlā, dan harus menjaga sholat-sholatnya yang lima waktu, itulah tiang tonggak berdirinya Islam, apakah bisa berdiri bangunan tanpa adanya tiang penyanggahnya?!, mustahil!”.

[Al-Muntaqō min Fatāwā Al-Fauzān].

����������������

                  Grup WM
        =[Majmù Al-Fawāid]=

Masuknya bulan Ramadhan

▪دخول شهر رمضان▪

فتوى الشيخ صالح الفوزان حفظه الله

س : هل هناك أدعية مخصصة عند دخول شهر رمضان المبارك في السنه؟ و ماذا يجب على المسلم في تلك الليلة؟ أفيدوني بارك الله فيكم.

ج : لا أعلم دعاء خاصا يقال عند دخول شهر رمضان، وإنما الدعاء العام عند سائر الشهور.
فإن النبي عليه الصلاة و السلام كان إذا رأى الهلال في رمضان و في غيره يقول : اللهم أهله علينا بالأمن و الإيمان و السلامة و الإسلام ربي و ربك الله"
و في الروايات أنه كان يقول "الله أكبر، الله أكبر ، اللهم أهله علينا بالأمن و الإيمان و السلامة و الإسلام ربي و ربك الله"
هذا الدعاء الوارد عند رؤية الهلال لرمضان و غيره، أما أن يختص رمضان بأدعية تقال عند دخوله، فلا أعلم شيئا في ذلك.
لكن لو دعا الإنسان المسلم بأن يعينه الله على صوم الشهر، وأن يتقبل منه فلا حرج في ذلك ، لكن لا يتعين دعاء مخصص بهذا، و إنما يدعو المسلم  بأن يعينه الله و أن يتقبل منه ، ويحمد الله عز و جل على أن بلغه رمضان.

✅ مجموع الفتاوى

〰〰〰〰

��Masuknya Bulan Ramadhan��

Fatwa Syaikh Soleh al fauzan hafizohullah

Soal : apakah disana ada doa khusus ketika masuknya bulan ramadhan yang berkah ini dalam sunnah? Dan apa yang wajib bagi seorang muslim pada malam iru? Berilah kami faedah,  Baarakallahu fikum.

Jawab :
Aku tidak mengetahui doa khusus yang diucapkan ketika masuknya bulan ramadhan,  akan tetapi doa umum ketika masuknya seluruh bulan-bulan.

Karena Nabi alaihi sholah wasallam dulu jika melihat bulan pada ramadhan dan selainnya,  berdoa "Ya Allah tampakkanlah bagi hilal dengan keamanan,  iman,  keselamatan dan islam,  Rabbku dan Rabbmu Allah", pada sebagian riwayat beliau mengucapkan "Allahu akbar,  Allahu akbar,  Ya Allah tampakkanlah bagi kami hilal dengan keamanan,  iman keselamatan,  dan islam,  Rabbku dan Rabbmu Allah".

Ini adalah doa yang benar ketika melihat hilal ramadhan dan selainnya. Adapun dikhususkan ramadhan dengan doa yang diucapkan ketika masuknya,  maka aku tidak mengetahui hal itu sedikitpun.

Akan tetapi seandainya seorang muslim berdoa agar Allah menolongnya untuk puasa satu bulan,  dan agar menerima darinya,  maka tidak mengapa hal itu. Akan tetapi jangan menentukan doa khusus dengan ini. Akan tetapi seorang muslim berdoa agar Allah menolongnya dan menerima darinya -dan segala puji bagi Allah - dan menyampaikan ke ramadhan.

majmu' fatawa

WA Almultaqos Salafy Indonesia

Ucapan "SELAMAT" ketika masuk bulan romadhan

. السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

                  إعلام الأنام

         " بحكم التهنئة بمناسبة حلول
                   شهر رمضان "

           للعلامة صالح الفوزان

          حفظه الله تعالى ورعاه

                  السؤال: 

عندما يحل شهر رمضان نسمع كثيرًا من الناس يباركون على بعضهم بقدومه بقولهم‏:‏ ‏"‏مبروك عليك شهر رمضان‏"‏ فهل لذلك أصل في الشرع‏؟ ‏

الإجابة: 

التهنئة بدخول شهر رمضان لا بأس بها؛ لأن النبي - صلى الله عليه وسلم - كان يبشر أصحابه بقدوم شهر رمضان، ويحثهم على الاجتهاد فيه بالأعمال الصالحة، وقد قال الله تعالى‏:‏ ‏( ‏قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ‏) ‏[‏ يونس ‏:‏ 58‏]‏.

فالتهنئة بهذا الشهر والفرح بقدومه يدلان على الرغبة في الخير، وقد كان السلف يبشر بعضهم بعضًا بقدوم شهر رمضان؛ اقتداء بالنبي - صلى الله عليه وسلم -؛
كما جاء ذلك في حديث سلمان الطويل الذي فيه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ «يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيمٌ مُبَارَكٌ، شَهْرٌ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، شَهْرٌ جَعَلَ الله صِيَامَهُ فَرِيضَةً، وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا، مَن تَقَرَّبَ فِيهِ بِخَصْلَةٍ مِن خِصَالِ الخَيْرِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ، وَمَن أَدَّى فِيهِ فَرِيضَةً فِيهِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِينَ فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ، وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ، وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الجَنَّةُ، وَشَهْرُ الْمُوَاسَاةِ، وَشَهْرُ يُزَادُ فِيهِ الرِّزقِ فِي رِزْقِ الْمُؤْمِنِ فِيهِ، مَنْ فَطَّرَ فِيهِ صَائِمًا كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوبِهِ، وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِن النَّارِ، وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِن غَيْرِ أَن يَنْقُصَ مِن أَجْرِهِ شَيْءٌ» قَالُوا يَا رَسُولَ الله لَيْسَ كُلُّنَا يَجِدُ مَا يُفَطِّرُ الصَّائِمَ؟، قَال صلى الله عليه وسلم: «يُعْطِي اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَن فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى مَذْقَةِ لَبَنٍ،  أَوْ تَمْرَةٍ، أَوْ شَرْبَةِ مَاءٍ، وَمَن سَقَى صَائِمًا سَقَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِن حَوْضِي شَرْبَةً لَا يَظْمَأُ بَعْدَهَا أَبَدًا حَتَّى يَدْخُلَ الجَنَّة، وَمَن خَفَّفَ عَن مَمْلُوكِهِ فِيهِ غَفَرَ اللهُ لَهُ وَأَعْتَقَهُ مِن النَّارِ، وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِن النَّارِ، فَاسْتَكْثِرُوا فِيهِ مِن أَرْبَعِ خِصَالٍ: خَصْلَتَيْنِ تُرْضُونَ بِهِمَا رَبَّكُمْ وَخَصْلَتَيْنِ لَا غِنَى بِكُمْ عَنْهُمَا، فَأَمَّا الخَصْلَتَانِ اللَّتَانِ تُرْضُونَ بِهِمَا رَبَّكُمْ: فَشَهَادَةُ أَن لَا إلَهَ إلَّا اللهُ، وَتَسْتَغْفِرُونَهُ، وَأَمَّا الخَصْلَتَانِ اللَّتَانِ لَا غِنَى بِكُمْ عَنْهُمَا: فَتَسْأَلُونَ اللهَ الجَنَّةَ، وَتَتَعَوَّذُونَ بِهِ مِن النَّارِ».

المصدر : موقع الشيخ حفظه الله تعالى ����������
��مع تحياتنا :
إدارة ملتقيات التعاون السلفي الإعلامي للإنضمام في المجموعات المعتمدة في الملتقى التعاوني السلفي، فضلا افتح الرابط التالي :

[[ http://t.co/8dMjNllNdH ]]

 المشرف العام :
فضيلة الشيخ الدكتور /
محمد بن ربيع المدخلي حفظه الله تعالى .

��������

"Ucapan 'S E L A M A T' ketika masuk bulan Romadhon".

~Fadhilatusy-Syaikh Shōlih Al-Fauzān~

Tanya:
"Ketika menjelang masuknya bulan Romadhōn, kami dengar banyak orang-orang yang saling mendoâkan keberkahan sesama mereka, menyambut Romadhōn itu, dengan mengatakan: 'Semoga keberkahan untukmu dengan bulan Romadhōn".
Apakah hal itu ada landasannya dalam Syari'at?"

Jawab:
"Ucapan selamat untuk masuknya bukan Romadhōn itu tidaklah mengapa. Karena Nabi Shollallōhu àlaihi Wa Sallam itu memberikan kabar gembira pada para Shohabatnya dengan masuknya bulan Romadhōn, dan beliau memberi semangat kepada mereka untuk bersungguh-sunnguh di bulan Romadhōn dengan amalan sholih.

Dan Allōh taâlā berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". QS. Yunus: 58.

Maka, ucapan selamat untuk bukan Romadhōn ini, dan bergembira sukacita dengan datangnya, dua hal ini menunjukkan adanya harapan terhadap kebaikan. Dan dahulu para Salaf itu saling memberi ucapan selanat sesama mereka dengan datangnya bulan Romadhōn, sebagai wujud menauladanu Nabi Shollallōhu àlaihi Wa Sallam.
Sebagaimana datang riwayat hadits dari Salman, dlm hadits yg panjang, disebutkan bahwa Nabi Shollallōhu àlaihi Wa Sallam itu bersabda: "Wahai sekalian manusia!, sungguh kalian telah dinaungi oleh bukan yang àdhzīm (agung) dan mubārok (berbekah), bulan yang didalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bukan. Bulan yang telah Allōh jadikan puasa padanya sebagai sebuah kewajiban, sholat malamnya sebagai amalan tambahan. Barangsiapa yang mendekatkan diri kepada Allōh di bulan Romadhōn itu dengan satu bentuk kebaikan saja dari berbagai kebaikan lainnya, maka ia mendapatkan ganjaran seperti orang yg menunaikan kewajiban dari amalan selainnya. Dan barangsiapa yg menunaikan sebuah kewajiban di saat bulan Romadhōn itu, maka ia bagaikan orang yang menunaikan 70 amalan wajib, dari amalan-amalan selain yang amalkan tsb.

Itulah bulan kesabaran, dan sabar itu ganjarannya Syurga.

Itulah bulan berkumpul saling bahu-membahu tolong-menolong.

Dan bulan yang bertambahnya rezeki, rezekinya kaum mukminin.

Barangsiapa yang memberi makan orang yang berbuka, itu akan menjadi pengguggur dosa-dosanya dan pembebas kenkangan ikatan api neraka dari lehernya.

Dan baginya pahala semisal pahala yg didapat oleh yg berpuasa tsb, tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.'.

Para shohabat berkata: ' Wahai Rosulullōh!, tidak semua kita mampu memberi makan untuk berbukanya orang yg berupasa?!'

Nabi bersabda: 'Allōh akan berikan ganjaran ini kepada orang yang memberi makanan berbuka orang yang berpuasa, walaupun hanya sebatas susu murni, atau sebuah kurma, atau seteguk air minum. Dan barangsiapa yg mengeyangkan orang yg berpuasa, maka Allōh akan berikan untuknya air minum dari air telagaku, yg ia tidak akan kehausan hingga masuk ke dalam Syurga.

Itu adalah sebuah bulan, yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.

Dan barangsiapa yang meringankan beban-beban para budaknya di bulan Romadhōn itu, maka ia akan dibebaskan oleh Allōh dari api neraka'"

[Sumber: website Syaikh Shōlih Fauzān: http://t.co/8dMjNllNdH]

      =[Majmù Al-Fawāid]=

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites