Wednesday, November 26, 2014

Engkaukah salafy sejati?

بسم الله الرحمن الرحيم

Engkaukah salafy sejati?

SALAHKAH BERSIKAP DIAM?!

Mutiara nasihat yang terangkai dari seorang ulama kibar, as-syaikh al-'allamah Robi' bin Hadi Umair Al-Madkholi
حفظه الله تعالى

كلام مهم جدا

قال الشيخ العلامة ربيع بن هادي عمير المدخلي حفظه الله تعالى.

◆أقول:

إن العلماء الفقهاء الناصحين قد يسكتون عن أشخاص و أشياء مراعاة منهم للمصالح و    المفاسد.

فقد يترتب على الكلام في شخص مفاسد أعظم بكثير من مفسدة السكوت عنه.

فقد سكت رسول الله صلى الله عليه و سلم عن ذكر أسماء المنافقين ، و لم يخبر بأسمائهم أو بعضها إلا حذيفة، و متى كان يصعد على المنبر و يقول : فلان منافق ، و فلان منافق.
كل ذلك مراعاة منه للمصالح و المفاسد.

و كان قتلة عثمان في جيش علي رضي الله  عنه،و ما طعن كبار الصحابة الباقين في علي رضي الله عنه ، و لا أحد من عقلاء التابعين ، و ما كانوا يركضون بالتشهير بعلي، و الأحكام على هؤلاء القتلة، وكان ذلك منهم إعذار و إنصاف لعلي، لأنه لو أخرجهم من جيشه أو عاقبهم لترتب على ذلك مفاسد عظيمة، منها الحروب و سفك الدماء و ما يترتب على ذلك من وهن الأمة و ضعفها.

فهذا العمل منه من باب ارتكاب أدنى المفسدتين لدفع أكبرهما.
و هذا ابن تيمية و تلميذه ابن القيم لماذا لم يبينا عقيدة النووي و غيره ، و أئمة الدعوة لم يبينوا عقيدة النووي و ابن حجر و القسطلاني و  البيهقي و السيوطي و غيرهم ؟
فلا تظن أن كل تصريح نصيحة و لا كل سكوت غشا للإسلام و المسلمين .

و العاقل المنصف البصير يدرك متى يجب أو يجوز الكلام و متى يجب أو يجوز السكوت.
و كان يجب في كثير من الأمور أن ترجع إلى إخوانك لتستشيرهم و تستنير بآرائهم.

المصدر:مجموع كتب و رسائل و فتاوى الشيخ ربيع بن هادي المدخلي《المجموع الواضح في رد منهج و أصول فالح 》 ج 9 ص 143-144

Terjemah:

Sangat Urgen

 Aku katakan:

"Sesungguhnya para ulama ahli fiqih yang sangat senang menasihati ummat terkadang bersikap diam terhadap seseorang (tidak berkomentar-pent) dan bersikap diam terhadap sesuatu yang terjadi pertimbangannya adalah untuk menjaga mashlahat (dampak baik dari suatu sikap-pent) dan mafsadah (dampak buruk dari suatu sikap-pent).

Sungguh terkadang seorang ulama mengkritisi seseorang ternyata hasil dari perbuatannya tersebut menimbulkan efek kerusakan yang lebih besar daripada efek kerusakan yang timbul jika dia bersikap diam.

Perhatikanlah Rosululloh
صلي الله عليه وسلم

saja pernah bersikap diam dari menyebutkan nama-nama orang munafik, tidak pernah beliau menyebut-nyebut nama mereka atau sebagian nama mereka kepada para sahabatnya kecuali kepada Hudzaifah.

Pernahkah beliau
صلي الله عليه وسلم

naik ke mimbarnya kemudian mengatakan:

Si ini munafik...!
si itu munafi...!
si dia munafik...!

...pernahkah

Jawabnya: tentu tidak pernah, mengapa beliau tidak pernah melakukan hal ini?

Ya, beliau tidak melakukannya karena pertimbangan efek baik dan buruk yang akan timbul dari aksi yang seperti itu.

Mari kita lihat pula bagaimana para sahabat bersikap diam dari sesuatu yang terjadi karena menimbang mashlahat dan mafsadah.

Ketika 'Utsman terbunuh oleh pasukannya Ali
رضي الله عنه

Maka sahabat senior yang masih hidup saat itu tidak ada yang mencela 'Ali dan tidak ada satupun dari kalangan tabi'in yang cerdas mencela beliau serta mereka tidak ada yang tergesa-gesa mencaci maki beliau padahal ini masalah pembunuhan,mengapa mereka bisa setenang itu

Ya, mereka bisa setenang itu karena memang mereka memberikan kelonggaran kepada Ali dan bersikap adil kepada beliau karena memang jika Ali mengeluarkan para pembunuh 'Utsman dari pasukannya atau langsung menghukum mereka maka tindakan beliau ini akan menimbulkan keburukan yang sangat besar, diantaranya:

akan terjadi peperangan

akan terjadi pertumpahan darah di kalangan koum muslimin

melemahnya kekuatan ummat.

Inilah beberapa contoh terapan dari salaf dalam permasalahan:

"Mengambil langkah yang memiliki dampak buruknya lebih kecil dari dua keburukan untuk menghindari keburukan yang lebih besar".

Perhatikan pula bagaimana para ulama menerapkan hal ini, Ibnu taimiyah dan muridnya Ibnul qoyyim, mengapa mereka tidak menjelaskan aqidah An-nawawi dan yang lainnya, dan para tokoh da'wah mereka tidak menerangkan kesalahan aqidah An-nawawi, Ibnu hajar, Alqostholani, Albaihaqi,  Assuyuthi dan yang lainnya,  mengapa

Maka janganlah engkau menyangka bahwa setiap yang diutarakan terang-terangan adalah nashihat dan jangan pula engkau mengira bahwa setiap sikap diam terhadap sesuatu itu berarti penipuan terhadap islam dan muslimin.

Karena orang yang cerdas, adil dan berilmu dia akan faham kapan saatnya dia harus atau boleh berkomentar dan kapan saatnya dia harus atau boleh untuk diam.

Sehingga harus bagimu untuk kembali kepada saudara-saudaramu pada kebanyakan urusan yang ada, agar engkau bermusyawarah dengan mereka dan mengajak mereka untuk bertukar pikiran".

Sumber:
[Majmu' kutub wa rosail wa fatawa syaikh Robi bin Hadi Al-Madkholi; Almajmu' Al wadhih fi rod manhaj wa ushul falih, juz:9, hal:143-144]

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites