Monday, November 3, 2014

Intisari Tauhid [51] Bagaimana Wahyu Turun?

Intisari Tauhid [51]
 
Bagaimana Wahyu Turun?
 
وَعَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سِمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (إِذَا أَرَادَ اللهُ تَعَالَى أَنْ يُوحِيَ بِالْأَمْرِ تَكَلَّمَ بِالْوَحْيِ أَخَذَتِ السَّمَاوَاتِ مِنْهُ رَجْفَةٌ). أَوْ قَالَ: (رَعْدَةٌ شَدِيدَةٌ خَوْفًا مِنَ اللهِ عَزَّوَجَلَّ ، فَإِذَا سَمِعَ ذَلِكَ أَهْلُ السَّمَاوَاتِ صَعِقُوا وَخَرُّوا سُجَّدًا فَيَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يَرْفَعُ رَأْسَهُ جِبْرِيلُ، فَيُكَلِّمُهُ اللهُ مِنْ وَحْيِهِ بِمَا أَرَادَ، ثُمَّ يَمُرُّ جِبْرِيلُ عَلَى الْمَلَائِكَةِ، كُلَّمَا مَرَّ بِسَمَاءٍ سَأَلَهُ مَلَائِكَتُهَا مَاذَا قَالَ رَبُّنَا يَا جِبْرِيلُ؟ فَيَقُولُ جِبْرِيلُ: قَالَ الْحَقُّ وَهُوَ الْعَلِّيُّ الْكَبيرُ. فَيَقُولُونَ كُلُّهُمْ مِثْلَ مَا قَالَ جِبْرِيلُ. فَيَنْتَهِي جِبْرِيلُ بِالْوَحْيِ إِلَى حَيْثُ أَمَرَهُ اللهُ عَزَّوَجَلَّ).

Dari An-Nawwâs bin Sim’ân radhiyallâhu ‘anhû, beliau berkata: Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Apabila Allah Ta’âlâ hendak mewahyukan perintah-Nya, Dia memfirmankan wahyu itu maka langit-langit bergetar -atau beliau berkata, “Berdentum dengan keras,”- karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Tatkala mendengar firman tersebut, para (malaikat) penghuni langit pun lunglai dan bersimpuh sujud (kepada Allah). Jadilah Jibril sebagai malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya maka Allah memfirmankan kepadanya berupa wahyu-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Kemudian Jibril melewati para malaikat. Setiap melewati satu langit, dia ditanyai oleh malaikat penghuni (langit) tersebut, ‘Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kita, wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘(Perkataan) yang benar, dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.’ Seluruh malaikat pun mengucapkan seperti ucapan Jibril itu. Demikianlah sehingga Jibril menyampaikan wahyu tersebut sesuai dengan perintah Allah ‘Azza wa Jalla.”

Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang keagungan Rabb-nya bahwa, jika Allah Subhânahu berbicara dengan wahyu-Nya yang Dia kehendaki, langit-langit tertimpa keguncangan dan gerakan yang dahsyat, karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Hal ini karena langit-langit itu mengetahui keagungan Allah. Kemudian ketika para malaikat mendengar ucapan Allah, merekapun pingsan dan tersungkur bersujud mengagungkan Allah dan karena takut kepada-Nya.

Kemudian Jibril alaihis salâm menjadi malaikat yang pertama kali mengangkat kepala karena dia menjadi perantara antara Allah dengan para rasul. Maka Allah berbicara kepada Jibril dengan (firman-Nya) yang Dia kehendaki. Setelah itu Jibril berjalan melewati para malaikat langit, maka mereka bertanya kepada Jibril tentang apa yang telah dikatakan oleh Allah? Jibril menjawab dengan ucapannya “(Perkataan) yang benar.”Dan Dialah Yang Maha Tinggi dan Maha Besar.”

Selanjutnya mereka mengucapkan seperti yang diucapkan oleh Jibril. Kemudian Jibril berjalan dengan membawa wahyu untuk disampaikan kepada orang yang dikehendaki oleh Allah.

Dalam hadits ini, terkandung berbagai hal yang ada dalam nash-nash sebelumnya, berupa keterangan tentang keagungan Allah serta ketakutan para malaikat dan langit-langit terhadap Allah, juga terkandung bantahan terhadap orang-orang yang menyembah kepada selain Allah.

Faedah Hadits:

Bantahan terhadap kaum musyrikin yang menjadikan bersama Allah sembahan-sembahan lain dari kalangan makhluk.

Penjelasan tentang keagungan Allah Jalla wa ‘Ala, dan berhaknya Allah untuk diibadahi satu-satunya.

Penetapan bahwa Allah berbicara kapan saja Dia kehendaki, dengan apa yang Dia kehendaki dan dengan cara yang Dia kehendaki.

Penetapan ketinggian Allah atas para makhluk-Nya.

Keutamaan Jibril ‘alaihis salâm.


Diringkas dari penjelasan ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan

WhatsApp Syi'ar Tauhid

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites