Monday, October 6, 2014

Serba-Serbi Hafalan Rawi [1/3]

Serial Manzhumah Al-Baiquniyah [7]

 Penerjemah : Al-Ustadz Hammad Abu Muawiyah

Serba-Serbi Hafalan Rawi [1/3]

Telah berlalu penjelasan mengenai jenis-jenis adh dhabthu beserta contohnya. Kemudian, juga perlu diingat oleh setiap orang yang membahas perawi, bahwa ada beberapa permasalahan lain yang juga berkenaan dengan adh dhabthu, yaitu permasalahan yang khusus berkenaan dengan keadaan para perawi yang kuat hafalannya.

Berikut kami bawakan secara ringkas, karena penjabaran permasalahan ini sebenarnya lebih tepat di dalam buku-buku yang lebih lengkap.

Di antaranya:
A. Ada sebagian perawi yang dhabith di satu waktu, namun tidak demikian di waktu yang lain.
Perawi seperti ini diistilahkan dengan nama mukhtalith (yang rusak hafalannya).

Contohnya:
1. Abdurrahman bin Abdillah al Mas’ùdi.
Seorang perawi yang tsiqah. Imam Ahmad berkata tentangnya, “Dia hanya mukhtalith di Bagdad. Karenanya, siapa saja yang mendengar hadits darinya di Kufah dan Basrah, maka haditsnya bagus.” (al ‘Ilal wa Ma’rifah ar Rijàl: 1/325)
2. ‘Àrim Abu an Nu’màn.
al Hafizh Abu Hatim berkata, “Secara umum, siapa saja yang mendengar hadits darinya sebelum tahun 220 H, maka haditsnya bagus.” (al Jarh wa at Ta’dìl: 8/58)

B. Di antara mereka ada yang dhàbith di satu daerah, namun tidak di daerah lainnya.
��Contohnya:
Yazìd bin Hàrùn, al Hàfizh yang terkenal.
Saleh bin Ahmad membawakan ucapan ayahnya, Imam Ahmad, “Yazìd bin Hàrùn. Siapa saja yang mendengar hadits darinya di daerah Wàsith, maka itu lebih sahih daripada yang mendengar hadits darinya di Bagdad. Karena ketika di Wàsith, setiap kali ada yang memperbaiki kekeliruan beliau, beliau selalu merujuk ke bukunya.” (Masàil al Imam Ahmad: 3/ no. 1605/181)
 
C. Di antara mereka ada yang dhàbith jika mendengar hadits dari penduduk negeri tertentu, namun tidak demikian jika dia mendengar hadits dari penduduk negeri lainnya.
��Contohnya:
Ismàìl bin ‘Ayyàsy al Himshi.
al Hafizh Ibnu Rajab berkata, “Jika dia mendengar hadits dari para perawi yang berasal dari daerah Syam, maka haditsnya dari mereka jayyid (bagus). Dan jika dia mendengar hadits dari selain mereka, maka haditsnya mudhtharib (banyak pertentangan, penj.). Inilah yang ditunjukkan oleh ucapan para imam tentang beliau, di antaranya: Ahmad, Yahya, al Bukhari, dan Abu Zur’ah.” (Syarh ‘Ilal at Tirmizi: 3/773)

http://www.al-atsariyyah.com

WA Radio As-Sunnah Sidrap

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites