Sunday, June 1, 2014

Bulan Syàbān

Bacaan Pekanan
Al-Fawāid Edisi 15.

Tashfiyyah Diniyyah.

             بسم الله الرحمن الرحيم

  ����������������
    >>> Bulan Syàbān <<<
=====================

Syàbān adalah salah satu bulan Islam yang terdapat keterangan shohih menunjukkan keutamaannya.

Dan selayakanya kita mencukupkan dengannya daripada keterangan-keterangan yang lemah, palsu dan dusta yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan penyandarannya kepada Islam agama milik Allōh ini, dan juga kepada Rasulullōh yang mulia, yang kita semua harus menjaga kehormatannya.

Diantara sebagian keterangan tersebut adalah; Àisyah berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullōh berpuasa lebih banyak selain Syàbān”. (HR. Bukhōriy - Muslim).

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa nabi banyak melaksanakan puasa (sunnah) di bulan Syàbān, dan beliau sebutkan diantara alasan amalan tersebut, dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya:

«يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَك تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ تَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ فَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ»

“Wahai Rasulullōh saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan lain, sebagaimana puasamu pada bulan Syàbān?”, maka beliau menjawab: “Itu adalah bulan yang manusia lalai darinya, antara Rojab dan Ramadhōn, dan pada saat itu diangakat amalan-amalan manusia kepada Robbul âlamin, maka saya senang jika amalanku diangkat dan aku sedang berpuasa”. (HR. Ahmad, An-Nasāi dan Ibnu Khuzaimah. Dihasankan Syaikh Al-Albāniy).

Para Ulama menjelaskan bahwa dari hadits ini menunjukkan akan keutamaan Syàbān, dan diantara hikmah kenapa dianjurkan berpuasa sunnah di bulan Syàbān, adalah untuk melatih diri merasakan lezatnya ibadah puasa, hingga ketika ketika Romadhōn tiba ia-pun penuh kesiapan dan semangat serta biasa untuk berpuasa.

Namun, ada hadits dari shohabat Abu Huroiroh bahwa Rasulullōh bersabda: “Jika tiba pertengahan Syàbān maka janganlah kalian berpuasa”. (HR. Tirmidziy).

Hadits ini secara lahiriyah melarang berpuasa setelah lewat pertengahan Syàbān, dan juga ada hadits lain dari ‘Aisyah beliau berkata: “Rasulullōh itu berpuasa di bulan Syàbān, kecuali sedikit yang ditinggalkannya”. (HR. Bukhōriy – Muslim).

Asy-Syaikh Ibnu Bāz rohimahullōh berkata: “Para Ulama Syafi’iyyah beramal dengan seluruh hadits tersebut, dan mereka menjelaskan bahwa tidak boleh berpuasa setelah pertengahan Syàbān, kecuali bagi yang memiliki kebiasaan atau ia melanjutkan puasanya sebelum pertengahan Syàbān”, dan beliau juga berkata, “Yang dilarang adalah jika memulai puasanya setelah pertengahan Syàbān”. (Fatawa Islam, no. 13726).

Hal ini juga agar jangan sampai jatuh dalam larangan hadits: “Janganlah kalian mendahului Romadhōn dengan berpuasa sehari atau dua hari, kecuali yang memiliki kebiasaan berpuasa maka berpuasalah”. (HR. Bukhōriy - Muslim).

Itulah diantara keterangan yang shohih tentang bulan Syàbān, dan keutamaannya dikejar dengan memperbanyak puasa sunnah padanya.

Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi kita Muhammad Shollallōhu àlaihi Wa Sallam.

                 ~•••~

"Amalan-amalan yang tidak ada dalil serta pentunjuk dari Islam di Bulan Syàbān".
----------------------------

⛔Menghidupkan malam Nishfu Syàbān.
Al-Imām Ibnu Rajab rohimahullōh berkata: “Tidak ada satu dalil pun yang shohih dari Nabi Muhammad Shollallōhu àlaihi Wa Sallam dan dari para shohabat beliau. Yang ada hanyalah dari beberapa Tabiîn yang merupakan fuqohā negeri Syām.” (Lathōif Al Maârif).

Al-Imām Abu Al-Àlā Al Mubārokfuri rohimahullōh: “Ketahuilah bahwa telah datang beberapa riwayat hadits tentang keutamaan malam Nishfu Syàbān, keseluruhannya menunjukkan bahwa hadits tersebut tidak ada asal-nya!.” (Tuhfatul-Ahwādziy).

Asy-Syaikh Ibnu Bāz rohimahullōh berkata: “Adapun hadits yang menerangkan mengenai keutamaan shalat pada malam nishfu Syàbān itu semuanya hadits palsu. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh kebanyakan ulama.” (At- Tahdzir minal Bidà).

Asy-Syaikh Ibnu Al Ùtsaimin rohimahullōh berkata: “Malam Nishfu Syàbān itu seperti malam-malam lainnya. Janganlah dikhususkan dengan sholat tertentu, tidak pula dengan puasa tertentu". (Liqōul Bāb Al-Maftuh)

⛔Penyerupaan tradisi ritual HINDU-BUDHA.

❎Ruwahan.
Di sebagian masyarakat Jawa Indodesia, ada amalan: ‘Ruwahan’, yang diinginkan dengannya adalah: Kirim do'a untuk kerabat yang telah meninggal dunia dengan baca yasinan atau tahlilan.

Disebut dengan ‘Ruwahan’, karena menurut mereka dalam bahasa Jawa itulah nama bagi bulan Syàbān, dan asal katanya adalah Ruwah atau arwah yang mendandung makna kematian.

❎Mengkhususkan dengan mandi besar di akhir bulan Syàbān untuk menyambut bulan Romadhōn, ritual ini juga disebut di masyarakat Jawa dengan istilah ‘padusan’ atau ‘keramasan’.

Selain tidak adanya petunjuk dalam agam Islam sama sekali hal ini, ditambah lagi keruskan dan kenistaannya hal ini dilakukan dengan ikhtilath atau bercampur-baur pria dan wanita dalam satu tempat pemandian, seperti di Sungai dan selainnya, sebagaimana hal ini benar-benar telah terjadi.

Ini sungguh merupakan kesalahan yang besar karena tidak mengindahkan aturan Islam.

Dimanakah akal mereka..?! malah jutru menyambut bulan Romadhon dengan perkara kemungkaran, dosa dan kenistaan.

Sangat jelas, kitak katakan: Nabi shallōllōhu 'alaihi wa sallōm dan para shohabat tidaklah pernah mencontohkannya.

✅Sebaik-baik tauladan adalah Rosulullōh Shollallōhu àlaihi Wa Sallam.

❎Diakhir bulan Syàbān, menjelang masuknya bulan Romadhōn diyakini dan dikhususkan untuk ziarah kubur, dari orang tua atau kerabat, atau selainnya.

✅Padahal, ziarah kubur itu tidaklah hanya dilakukan khusus pada bulan Syàbān saja.

Tetapi, setiap waktu untuk memperbanyak mengingat kematian.

Nabi Shallallōhu àlaihi Wa Sallam bersabda:

زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الآخِرَةَ

“Ziarahilah kubur, karena hal itu lebih mengingatkan kalian akan negeri akhirat (kematian).” (HR. Muslim).

Itulah ‘diantara’ amal ritual yang terjadi di masyarakat yang sama sekali tidak ada tuntunannya dalam Islam untuk bulan Syàbān.

Cukuplan bagi kita Al-Qurān dan Sunnah Nabi yang mulia, Muhammad Shollallōhu àlaihi Wa Sallam dalam beragama, dalam kehidupan, dalam upaya untuk mencari keridhoan Allōh, dan dalam segala hal.

Shohabat Nabi yang mulia, Àbdullōh bin Masùd rodhiallōhu ànhu menasihati kita semua:

اتَّبِعُوا، وَلا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ، كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ
 
“Ikutilah saja oleh kalian (petunjuk dan tuntunan Nabi shollallōhu àlaihi wa sallam; penj), janganlah kalian membuat amalan-amalan baru yang tidak ada tuntunannya.

Karena (petunjuk dan tuntunan Nabi shollallōhu àlaihi wa sallam; penj) itu sudah cukup bagi kalian.

Semua bidàh itu adalah kesesatan.”  (Diriwayatkan oleh Ath-Thobrōniy dalam Al-Mùjam Al-Kabir)

Wallōhuàlam.

Akhukum Hudzaifah bin Muhammad.

               GRUP WM
     =[Majmù Al-Fawāid]=

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites