Faidah Doâ dan Dzikr
Untaian Kalimat-Kalimat
Yang Indah
Dalam Doâ Ketika Direlung
Kesedahan, Resah dan Gelisah
~°°°~
Dari Shohabat yang mulia Àbdullōh bin Masùd rodhiallōhànhu, ia berkata:
"Rosulullōh Shollallohuàlaihi Wa Sallam bersabda:
'Tidaklah ada seseorang hamba jika ia mengalami kegundahan dan kesedihan, lalu berdoâ:
"اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ ال...ْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي"
[Allōhumma innii àbduka wabnu àbdika wabnu amatik, nāshiyatī biyadik, mādhin fiyya hukmuk, àdlun fiyya qadhō-uk, as-aluka bikullismin huwa laka, sammaita bihi nafsaka, au anzaltahū fī kitābika, au àllamtahū ahadan min khalqika, awis ta'tsarta bihī fī ìlmil ghoibi ìndaka, an tajàlal Qurāna robīà qolbī wanūro shodrī wajilā-å huznī wa dzahāba hammī]
'Ya Allōh, sesungguhnya aku ini adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki Mu, dan anak dari hamba-perempuan Mu.
Ubun-ubunku berada di tangan-Mu.
Hukum-Mu telah senantiasa berlaku pada diriku.
Ketetapan-Mu adil atas diriku.
Aku memohon pada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu...
... agar Engkau jadikan Al-Qurān sebagai penyejuk hatiku, cahaya di dadaku dan pelipur kesedihanku serta pengusir kegelisahanku.'
(Kemudian Nabi melanjutkan ucapannya)
... melainkan Allōh akan menghilangkan kegelisahannya serta menggantikan kesedihannya itu dengan kegembiraan.'
Para Shohabat bertanya:
'Wahai Rosulallōh, layakkah kita mempelajarinya kalimat-kalimat ity?'
Beliau menjawab:
'Benar!, selayaknya orang yang mendengarnya kalimat-kakimat itu untuk mempelajarinya'."
___________
[HR. Ahmad dalam Musnadnya I/391, 452. Dishohihkan Syaikh Al-Albāni dalam Silsilah Shohihah no. 199]
=[Majmù Al-Fawāid]=