LEMBARAN FAIDAH
Imam Tirmidziy rohimahullōh dalam Sunannya menulis sebuah Bab:
باب ما جاء في كراهية الاضطجاع على البطن
“Bab makruhnya tidur tengkurap”
Kemudian beliau mebawakan hadits:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال:
رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلاً مضطجعاً على بطنه…
فقال: ” إن هذا ضجعة لا يحبها الله”
Dari Abu Huroiroh rodhiallōhu ‘anhu, bahwasanya Rosulullōh Sholallōhuàlaihi wa sallam melihat seorang tidur di atas perutnya (tengkurap), kemudian beliau bersabda:
“Ini adalah cara tidur yang tidak disukai oleh Allōh"
Dan dalam Hadits lain:
ان طخفة الغفاري رضي الله عنه قال: قال أبي :
"بينما أنا مضطجع في المسجد على بطني إذا رجل يحركني برجله فقال: ” إن هذه ضجعة يبغضها الله” قال فنظرت فإذا رسول الله صلى الله عليه وسلم.
Thikhfah Al-Ghifari berkata:
“Ayahku menceritakan kepadaku:
Ketika aku tidur di Masjid dengan posisi di atas perutku (tengkurap), tiba-tiba ada seseorang yang menggerakkan kakiku dan berkata:
“Sesungguhnya tidur yang seperti ini dimurkai Allōh.”
Ayahku berkata:
“Setelah aku melihat ternyata beliau adalah Rosulullōh shollallōhu àlaihi wa sallam.”
[HR. Abu Dawud]
Bahkan dengan lafadhz lainnya lebih tegas dari itu semua Sang Tauldan bersabda:
إنما هي ضجعة أهل النار
“Berbaring seperti ini (tengkurap) adalah cara berbaringnya penghuni neraka”
[HR. Tirmidziy dan Ibnu Majah].
Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rohimahulloh:
“Dalam Hadits ini terdapat dalil bahwa tidaklah sepantasnya bagi seseorang untuk tidur dengan posisi di atas perutnya (tengkurap; pent.), apalagi jika sedang berada di tempat yang terbuka terlihat manusia lainnya.
Sebab, akan terlihat ia dalam keadaan yang tidaklah terpuji.
Akan tetapi, jika ada sesuatu yang sakit di perutnya kemudian membuatnya ingin tidur dengan posisi itu yang akan membuatnya lebih tenang, maka tidaklah mengapa dikarenakan adanya hajat untuk hal tersebut”.
[Syarh Riyadhush-Sholihin]
Wallōhu yahdi ilas-Sabīl.
[Majmù Al-Fawāid]