Asy-Syaikh Muhammad bin Hady hafizhahullah berkata..
“Sebelum kita mengajari orang lain maka kita memulai dengan diri kita sendiri. Saya benar-benar ingin menyampaikan arahan dan pengajaran. Bimbingan dan pengajaran berbeda dengan nasehat umum dan berbeda dengan menyatakan..
“Kenapa ada kaum yang berbuat demikian…”
Juga berbeda dengan pembicaraan rahasia. Maka saya katakan, Allah mengetahui betapa sesak dada saya dan sedih hati saya ketika saya melihat alat-alat ini yang mengambil gambar semisal daurah ini yang disebut daurah salafiyyah dan para masayikh yang mengisinya telah dikenal sebagai salafiyyun ahlu ittiba’ wa atsar. Jadi, semisal para ulama itu dan semisal daurah ini sepantasnyalah isinya sesuai dengan syiarnya dan sesuai dengan slogannya. Karena tanda ahlul atsar dan salafus saleh radhiyallahu anhum adalahittiba’. Sekian banyak hadits yang menjelaskan hukum menggambar berupa larangan dan peringatan dari Ar-Rasul yang menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan, semoga shalawat Allah dan salam-Nya senantiasa tercurah untuk beliau. Wahai segenap ikhwah, mungkin ada yang mengatakan:
“Sesungguhnya hal ini (mengambil gambar) telah menjadi kebutuhan yang mendesak di masa ini.
”Maka saya katakan: Perkaranya tidak demikian, karena sesungguhnya agama Allah Tabaraka wa Ta’ala telah tersebar sejak abad pertama dan telah mencapai perbatasan China dan perbatasan Perancis sehingga mencapai hampir 2/3 belahan dunia pada waktu itu tanpa ada media pemberitaan dengan model yang kita lihat dan tanpa menggunakan siaran radio apalagi dengan mengambil gambardan siaran yang mereka namakan sebagai siaran langsung. Dan agama Allah ini senantiasa dibawa oleh orang-orang yang menundukkan berbagai negeri yang pemberani itu serta para ulama pilihan, dalam keadaan mulia dan menang seperti keadaan para pendahulumereka. Dan orang-orang yang membelaagama ini akan senantiasa dalam kemenangan dan kemuliaan dan kuat sehingga agama Allah Tabaraka wa Ta’ala tersebar luas dan tidak membutuhkan pengambilan gambar semacam ini. Dan kita di masa ini alangkah banyaknya perbuatan menggambar baik di timur maupun di barat. Apa faedah yang bisa diambil oleh manusia dengan memandang gambar saya?! Apa faedahnya?! Faedah itu adalah dengan perkataan saya dan pada perkataan saya jika Allah memberikan taufik kepada sayauntuk berkata benar, inilah faedahnya. Adapun gambar maka tidak ada faedahnya! Seandainya perkaranya merupakan kebaikan -demi Allah- Allah tidak akan menutupinya untuk kita dan Rasul-Nya shallallahu alaihi was salam serta para shahabat beliau yang mulia dan terpilih tidak akan meninggalkan cara tersebut.Maka wahai segenap ikhwah, saya sampaikan nasehat ini kepada kalian dankepada ikhwah kita yang menjadi panitia daurah ini janganlah nafas hizbiyyah berjalan pada diri kita. Kemarin belum lama ini kita mengingkari Al-Ikhwan Al-Muslimun yang melakukan hal ini (menggambar) di rumah-rumah Allah Tabaraka wa Ta’ala (masjid) lalu bagaimana dengan kita hari ini?! Kita menggandrungi hal ini padahal kemarin hal itu menurut kita sebagai perkara yangMungkar, namun hari ini menjadi ma’ruf bahkan menjadi kebutuhan.Jadi wahai para saudaraku, seorang penuntut ilmu berangkat dari pondasi yang kokoh berupa manhaj yang jelas dan terang yang tidak tergoyahkan dengan perasaan dan tidak terseret oleh hawa nafsu, tetapi hanya berangkat dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sabda Rasul-Nya shallallahu alaihi was salam. Kita sampai belum lama ini di daurah yang lalu bersama ikhwah kita -alhamdulillah-siarannya bisa lancar lewat siaran radio, jadi apa perlunya untuk mengambil gambar ?! Biarlah seperti sebelumnya yaitu dengan disiarkan lewat radio dan manusia bisa mendengarnya. Radio Al-Qur’an ini berapa banyak Allah jadikan bermanfaat di timur dan di barat dengan perkataan para ulama dan fatwa-fatwa mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang berpendapat keharusan menyiarkan ceramah mereka dengan model semacam ini (mengambil gambar). Maka saya nesehatkan diri saya sendiri dan kalian wahai para ikhwah untuk berpegang teguh dengan adab-adab danakhlak Islam serta hukum-hukum syariat dan kita jangan bermudah-mudahan padanya, karena jika pada hari ini kita bermudah-mudahan dalam perkara ini maka besok akan lebih parah lagi darinya. Dan demikianlah sikap meremehkan itu tidak memiliki batas, jikatelah mulai maka tidak berhenti pada sebuah batas.Maka saya memohon kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala agar memberi taufik kepada kami dan kalian semuanya, sebagaimana saya berharap kepada kalian hendaknya hal ini kalian perhatikan dengan seksama. Dan kita akan membaca bab yang berkaitan dengan orang-orang yang suka menggambar. Saya bertanya kepada mereka semua dengan nama Allah Ta’ala yang tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Dia yang beristiwa’ di atas Arsy-Nya sesuai dengan kemuliaan-Nya: Mereka namakan apa ini orang yang memindahkan gambar kita dengan siaran ini ? Mereka namakan apa ? Saya tuntut mereka untuk menamakan. Mereka namakan apa ? Pelukis ? Ini merupakan musibah. Jika dia menggambbar maka ini lebih buruk lagi. Mereka namakan apa ? Tukang bekam atau tukang besi ?! Mereka menamakannya tukang gambar. Lafazh ini terdapat di dalam hadits yang kalian ketahui dosanya. Telah datang ancaman keras terhadapnya dari Rasulullah shallallahu alaihi was salam. Maka jangan kita menjadikan diri kita sebagai sasaran ancaman dan hukuman ini, terlebih di salah satu dari rumah-rumah Allah dan ketika sedang menyampaikan syariat Allah Tabaraka wa Ta’ala. Demi Allah ini merupakan musibah.Maka saya berharap kepada saudara-saudaraku agar mereka memperhatikan perkara ini dengan seksama dan hendaklah mereka memperhatikan perkara ini bahwa dia merupakan pintu yang jika telah terbuka, maka tidak lama lagi dia tidak akan bisa ditutup lagi. Dan saya memohon kepada Allah Jalla wa ‘Ala agar memberikan taufik kepada saya, mereka dan kalian semuanya untuk mengikuti As-Sunnah dan menjauhi hawa nafsu dan perkara-perkara yang diada-adakan. Karena sesungguhnya yang ditunggu dari kita adalah kita memperbaiki manusia, bukan mengikuti kemauan manusia. Semoga Allah memberikan taufik kepada semuanya agar bisa melakukan hal-hal yang Dia cintai dan Dia ridha
Ditranskrip dari mukaddimah pelajaran “Al-Ahadits Allati Alaiha Madarul Islam” oleh Abu Ahmad Dhiya’ At-Tabissy.
-Abu Sa'ad Al Faruq-WA TAS Riau-