Intisari Tauhid [46]
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM PUN TERLUKA
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata :
شُجَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ وَكُسِرَتْ رَبَاعِيَّتُهُ. فَقَالَ: (كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوا نَبِيَّهُمْ؟) فنَزَلَتْ: لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ.
Pada perang Uhud, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam terluka pada kepala, dan gigi taring beliau patah. Beliau pun bersabda, ‘Bagaimana akan beruntung, suatu kaum yang melukai Nabi mereka?’ Maka turunlah (ayat),
‘Tiada hak sedikitpun bagimu (untuk campur tangan) dalam urusan mereka.’ [Âli ‘Imrân: 128].”
Anas radhiyallâhu ‘anhû mengabarkan apa yang terjadi pada diri Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam dalam peperangan Uhud berupa berbagai gangguan dan cobaan dari tangan-tangan musuh-musuhnya berupa luka-luka di dua tempat di tubuh beliau yang mulia. Maka seakan-akan beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam merasa putus asa bahwa orang-orang kafir Quraisy akan mendapatkan keberuntungan. Maka dengan sebab itulah dikatakan kepada beliau,
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ
“Tiada hak sedikitpun bagimu (untuk campur tangan) dalam urusan mereka.” [Âli ‘Imrân: 128]
Artinya akibat akhir dari suatu perkara dan hukum terhadap seseorang adalah di tangan Allah, maka berjalanlah kamu dengan keadaanmu dan teruslah berdakwah.
Pada hadits ini terdapat dalil akan batilnya kesyirikan kepada para wali dan orang shalih, sebab apabila Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak mampu menolak musibah yang menimpanya, dan beliau juga tidak mempunyai hak sedikitpun untuk turut campur dalam menentukan suatu perkara, maka lebih-lebih selain Beliaushallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Faedah Hadits
Menunjukkan batilnya kesyirikan kepada para wali dan orang shalih, karena apabila Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam saja tidak mampu menolak bahaya dari diri beliau sendiri dan tidak berkuasa terhadap suatu perkara apapun, terlebih lagi selain beliau.
Terjadinya sakit dan ujian pada diri para nabi ‘alaihimus shalâtu was salâm.
Wajibnya ikhlas dalam beribadah kepada Allah, karena hanya Dia saja yang menguasai segala urusan.
Disyariatkan untuk bersabar dan menanggung gangguan dan kesulitan di jalan dakwah kepada Allah.
Dilarangnya berputus asa dari rahmat Allah, meskipun manusia berbuat berbagai macam kemaksiatan yang selain kesyirikan.
Diringkas dari penjelasan ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan
WhatsApp Syi'ar Tauhid