Sunday, August 10, 2014

BERLEBIHAN TERHADAP KUBURAN ORANG-ORANG SHALIH AKAN MENJADIKAN (KUBURAN) ITU SEBAGAI BERHALA YANG DISEMBAH SELAIN ALLAH

Intisari Tauhid [68]

BERLEBIHAN TERHADAP KUBURAN ORANG-ORANG SHALIH AKAN MENJADIKAN (KUBURAN) ITU SEBAGAI BERHALA YANG DISEMBAH SELAIN ALLAH

رَوَى مَالِكُ فِي الْمُوَطَّأ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ( اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ، اشْتَدَّ غَضَبُ اللهِ عَلَى قَوْمٍ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ).
Imam Mâlik meriwayatkan dalam Al-Muwaththâ` bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah. Allah sangat murka terhadap orang-orang yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah.”
وَلِابْنِ جَريرٍ بِسَنَدِهِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ مُجَاهِدٍ: أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى ،
قَالَ: كَانَ يَلُتُّ لَهُمُ السَّوِيقَ فَمَاتَ فَعَكَفُوا عَلَى قَبْرِهِ.
وَكذَلِكَ قَالَ أَبُو الْجَوْزَاءِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: كَانَ يَلُتُّ السَّوِيقَ لِلْحَاجِّ.
(Diriwayatkan) oleh Ibnu Jarîr dengan sanadnya dari Sufyân, dari Manshûr, dari Mujâhid, (bahwa tentang ayat),
“Terangkanlah kepadaku (wahai kaum musyrikin) tentang (berhala yang kalian anggap sebagai anak perempuan Allah): Al-Lâta dan Al-‘Uzzâ,” [An-Najm: 19]
(Mujâhid) berkata, “Al-Lâta adalah orang yang dahulu selalu membuatkan mereka adonan tepung (untuk dijadikan roti). Setelah ia meninggal, mereka senantiasa mendatangi kuburannya.”
Demikaian pula dituturkan oleh Abul Jauzâ` dari Ibnu ‘Abbâs, (bahwa Ibnu ‘Abbâs berkata), “Dahulu dia biasanya mengadonkan tepung roti untuk jamaah haji.”

Terdapat peringatan bahwa sikap ghulûw terhadap kuburan merupakan sarana yang mengantar kepada kesyirikan, yang merupakan lawan dari tauhid. Hal itu dengan dilakukannya peribadahan kepada orang-orang yang sudah meninggal. Demikian pula penulis bermaksud untuk memperingatkan tentang sikap ghulûw terhadap kuburan.
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengkhawatirkan terjadinya sikap ghulûw pada umatnya terhadap kubur dirinya sebagaimana telah terjadi pada orang-orang Yahudi dan Nashara yang bersikap ghulûw terhadap kubur para nabi mereka, sampai mereka menjadikan kubur-kubur tersebut sebagai berhala. Maka Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menginginkan agar Allah tidak menjadikan kuburannya sebagai berhala.
Kemudian beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam memperingatkan tentang sebab orang-orang Yahudi dan Nashara mendapat laknat dan kemurkaan yang besar, yaitu apa yang mereka lakukan terhadap kuburan para nabi mereka, sampai-sampai mereka menjadikannya sebagai berhala yang disembah. Maka mereka telah terjatuh ke dalam syirik besar yang bertolak belakang dengan tauhid.

Faedah Hadits
1. Bahwa sikap ghulûw terhadap kuburan para nabi akan menjadikan kuburan sebagai berhala yang disembah.
2. Bahwa termasuk bersikap ghulûw terhadap kuburan adalah dengan menjadikan kuburan sebagai masjid (tempat ibadah), yang hal ini akan mengantarkan kepada kesyirikan.
3. Menetapkan sifat ghadhab ‘marah’ bagi Allah Subhânahu, yang sesuai dengan kemuliaan-Nya.
4. Sebab terjadinya penyembahan kepada Lâta adalah sikap ghulûw terhadap kuburnya sehingga jadilah kubur tersebut sebagai berhala yang disembah.

[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]

Fb: Dzulqarnain M. Sunusi - dzulqarnain.net
Twitter: @DzulqarnainMS

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites