Sunday, July 27, 2014

BEBERAPA AHKAM DAN ADAB-ADAB KETIKA HARI RAYA ‘IEDUL FITHR

بسم الله الرحمن الرحيم

BEBERAPA AHKAM DAN ADAB-ADAB KETIKA HARI RAYA ‘IEDUL FITHR

1. Bertakbir.

- Waktu takbir:
Sejak terbenamnya matahari di hari akhir Romadhōn hingga tegaknya Sholat ‘Id.

- Berkata Ibnu Qudamah rohimahullōh: “Dan dianjurkan untuk bertakbir dengan mengeraskannya pada malam dua hari raya, di Masjid, Rumah, di Jalan-jalan, baik ia Musafir atau Muqim, sebagai wujud dari firman Allōh:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ

“dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangannya dan hendaklah kamu bertakbir kepada Allah“ Al Baqoroh: 185.
(Lihat: Al-Mughniy)

- Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahullōh: “Bertakbir (pada hari Raya ‘Ied al-Fithri) itu sejak munculnya Hilal dan berakhir hingga selesainya sholat Ied, yaitu ketika Imam selesai dari Khutbahnya”. (Majmu’ al-Fataawaa: 43/ 122)

- Bertakbir ketika menuju sholat Ied, disunnahkan bagi seluruh kaum muslimin, kecil, besar, pria dan wanita dengan mengeraskan suaranya. Berdasarkan perbuatan shohabiyah Ummu Athiyyah, Maimunah dan selainnya, dalam riwayat imam Bukhoriy. (Al-Majmu’: 3/ 145)

TAMBAHAN:
Bertakbirnya wanita dijalan itu apabila aman dari fitnah.

2. Diantara macam-macam lafadhz Takbir:

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد .

[Allōhu akhbar 2x, laa ilaaha illallōhu wallōhuakbar, Allōhuakbar walillahil hamd]

Atau:

الله أكبر كبيراً الله أكبر كبيراً الله أكبر وأجلّ ، الله أكبر ولله الحمد .
[Allōhuakbar kabiiro 2x, Allōhuakbar wa ajall, Allōhuakbar Wa lillahilhamd].

3. Bolehnya sengaja mandi besar di pagi hari, untuk menghadiri sholat ‘ied.

Hal ini merupakan perbuatan beberapa shohabat rodhiallōhu’anhum.

- Ibnu Umar senantiasa mandi pada hari Raya ied sebelum pergi ke lapangan. (Al-Muwaththo’)

- Shohabat Ali rodhiallōhu’anhu ditanya tentang mandi besar, beliau menjawab: “ketika hari Jum’at, hari Arofah, hari ied al-Fithr dan adhaa”. (HR. Al-Baihaqiy, lihat al-irwa)

- Berkata imam Nawawiy: “diantara yang disukai dari mandi besar itu adalah ketika dua hari raya, hal ini berlaku bagi setiap pria, wanita, kecil dan besar, sebab hal itu teranggap berhias (untuk hari Raya)”. (Al-Majmu’).

- Waktu mandi: sebelum atau sesudah sholat subuh. (Al-Mughniy).

4. Berhias dengan mengenakan pakaian yang terbaik (tajammul).

- Nabi shollallōhu’alaihi wa Sallam itu mengenakan pakaian khusus untuk hari raya ied dengan pakaian burdah yang kemerah-merahan. (Ath-Thobaraniy, silsilah shohihah: 1279).

- Berkata imam ibnu abdil bar: “ini adalah sunnah, dalam rangka berhias pada hari raya, dengan mengenakan parfum, pakaian yang baik. Hal ini bagi yang memiliki kemampuan untuk mewujudkannya tidaklah pantas baginya untuk meninggalkannya karena beralasan zuhud”. (Mawaahib al-Jalil)

5. Makan sebelum berangkat ke lapangan untuk sholat.

- Nabi shollallōhu’alaihi wa Sallam itu tidaklah keluar berangkat menuju lapangan, pada hari raya ied al fithr, kecuali setelah makan. Dan pada ied adhaa tidaklah beliau makan, kecuali setelah pulang dari sholat, menyantap hewan kurbannya. (HR. Tirmidziy)

- Beliau makan beberapa kurma. (HR. Bukhoriy)

6. Melaksanakan sholat iedul fithr.
Hukum sholat iedul fithri: Wajib bagi setiap Muslim. (Imam Ahmad, Syaikhul Islam, Ibnul Qoyyim, Syaukaniy, As-Si’diy, Ibnu Baz, Al-Albaniy).

- Waktu pelaksanaan: ketika matahari setinggi tombak. (waktu awal sholat dhuha).

- Tempat pelaksanaan: Sunnah dilaksanakan di lapangan besar, berkumpulnya kaum Muslimin. Sebagaimana nabi dan para Shohabatnya melaksanakannya. (HR. Bukhoriy).

- Dan tidak mengapa di dalam Masjid, sebagaimana penduduk Mekkah sejak zaman dahulu senantiasa melakasanakannya di Masjid al-haram. (Majmu’ Fatawa Ibnul Utsaimin, Syaikh Muhammad Asy-Syingqithiy)

- Dianjurkan berjalan dengan kaki menuju lapangan, jika mudah.

7. Sifat sholat Ied:
Dua roka’at.

- Pada rokaat pertama, setelah takbirotul ihrom ditambah tujuh kali takbir lagi. (sehingga total 8 kali takbir).

- Pada roka’at kedua, setelah takbir intiqol, ditambah takbir 5 kali. (sehingga total 6 kali takbir).

- Mengangkat tangan pada setiap takbir tersebut. (Jumhur Fuqoha)

- Tidak ada dzikr khusus antara takbir tersebut, akan tetapi jika diisi dengan bertahmid kepada Allōh maka tidaklah mengapa, sebagaiman perbuatan Ibnu Mas’ud.

- Do’a istiftah itu dibaca setelah selesai semua takbir, karena lebih sesuai dengan dhzohir hadits penggandengannya dengan al-Fatihah.

- Bagi imam, dianjurkan setelah al-Fatihah pada roka’at pertama membaca surat Qof, pada roka’at ke-dua membaca al-Qomar. Atau al-‘alaa dan al-ghosiyyah.

- Secara umum, tata-cara sholatnya sama dengan sholat-sholat lainnya.

- Selesai sholat, dianjurkan tetap ditempat untuk mendegarkan penyampaian khutbah.

8. Dianjurkan menempuh jalan yang berbeda, ketika pergi dan pulang.

- Sebagiamana yang dilakukan nabi pada hari Raya. (HR. Bukhoriy)

- Dianjurkan untuk saling memberikan ucapan selamat:

تقبل الله منا ومنكم

[Taqqoballōhu minnaa wa minkum]
“Semoga Allōh menerima dari kami dan dari kalian”.

10. Wajib menjauhi segala pelanggaran syariat.
Diantara bentuknya:
- Kesyirikan kepada Allōh dengan mencari keberkahan di pekuburan.
- Mengkhususkan ziarah kubur pada hari raya.
- Perbuatan mubadzir, menghaburkan harta pada perkara yang tidak ada perlunya dan berlebih-lebihan.
- Tidak menyambung silahturahmi, saling mengunjungi, tidak menampakkan kebahagiaan dan suka cita dan selainnya dari kebaikan.

(Ash-Shiyaam fil Islam fi Dhou'il Kitab was Sunnah, Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qohtooniy)

Selesai.

        =[Majmù Al-Fawāid]=

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites