Monday, November 17, 2014

Pemutus Segala Akar Kesyirikan

Intisari Tauhid [55]
 
Pemutus Segala Akar Kesyirikan
 

وَقَوْلِهِ تَعَالَى: قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ. وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ. وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ.

Firman (Allah) Ta’âlâ, “Katakanlah, ‘Serulah mereka yang kalian anggap (sebagai rabb) selain Allah. Mereka tidak memiliki kekuasaan seberat dzarrah pun di langit dan di bumi dan mereka tidak mempunyai suatu andil apapun dalam (penciptaan langit dan bumi), serta sama sekali tiada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. Maka, syafa’at tidaklah berguna di sisi-Nya, kecuali bagi orang yang telah Dia izinkan untuk (memperoleh syafa’at) itu. Sehingga, apabila ketakutan dari hati mereka telah dihilangkan, mereka berkata, ‘Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?’ Mereka menjawab, ‘(Perkataan) yang benar,’ dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar’.” [Saba`: 22-23]

Allah Subhânahuwata'ala memerintahkan kepada Nabi-Nya shallallâhu ‘alaihi wa sallam untuk mengatakan kepada kaum musyrikin sebagai tantangan terhadap mereka, “Mintalah kalian kepada sembahan-sembahan kalian yang kalian yakini dapat memberi manfaat dan mampu menghilangkan bahaya dari kalian.” Maka sesungguhnya mereka tidak mampu melakukan hal tersebut, karena mereka tidak memiliki kekuasaan yang mandiri terhadap alam semesta ini walaupun hanya sebesar semut yang paling kecil. Mereka juga tidak menjadi sekutu bagi Allah sedikitpun dalam mengatur alam ini, juga tiada satupun dari mereka yang membantu Allah dalam mengatur segala urusan, bahkan mereka tidak sanggup mendahului Allah untuk memberi syafa’at kepada kalian, kecuali apabila Allah telah mengizinkan untuk itu, padahal Allah tidak akan memberi izin kepada para pelaku kesyirikan. Kalau mereka tidak memiliki kekuasaan secara mandiri, tidak menjadi sekutu bagi Allah dalam kekuasaan-Nya, juga tidak menjadi pembantu bagi Allah penguasa alam semesta serta tidak dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya, maka batallah peribadahan kepada mereka dari selain Allah.

Bahwa dalam kedua ayat tersebut terdapat bantahan terhadap kaum musyrikin yang bertaqarrub (dengan beribadah) kepada para wali, meminta syafa’at kepada mereka serta berdoa kepada mereka untuk mendapatkan manfaat dan menolak bahaya.

Faedah Kedua Ayat

Bantahan terhadap kaum musyrikin yang berdoa kepada sembahan-sembahan selain Allah, baik dari kalangan malaikat maupun selainnya. Mereka menyangka bahwa selain Allah itu berkuasa mendatangkan manfaat untuk mereka dan menolak bahaya dari mereka.

Disyariatkannya membantah dan mendebat kaum musyrikin untuk membatalkan kesyirikan mereka.

Diputusnya semua sebab yang menjadi pegangan kaum musyrikin. Hal tersebut adalah karena seorang musyrik tidaklah dia menyembah (sembahannya), kecuali disebabkan oleh manfa’at yang dia dapatkan (dari yang disembahnya), sedangkan manfa’at tidak akan terwujud kecuali dari siapa yang padanya terdapat salah satu dari empat sifat:

Pertama: menguasai apa-apa yang diinginkan oleh penyembahnya.
Kedua: menjadi sekutu bagi sang penguasa.
Ketiga: sebagai pembantu bagi penguasa.
Keempat: sebagai pemberi syafa’at di sisi penguasa.

Padahal Allah telah meniadakan keempat sebab di atas dari sembahan-sembahan kaum musyrikin, sehingga dengan demikian batallah peribadahan kepada mereka.

Penetapan adanya syafa’at tetapi dengan izin dari Allah.

Bahwasanya orang-orang musyrikin tidaklah bermanfaat syafa’at itu bagi mereka, sebab Allah Ta’âlâ tidak mengizinkan syafa’at itu untuk seorang musyrik.

Diringkas dari penjelasan ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan

WhatsApp Syi’ar Tauhid

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites