Sunday, July 27, 2014

Renungan Qolbu Disaat Perpisahan

Bacaan Pekanan Al-Fawāid Edisi 17.

بسم الله الرحمن الرحيم

Renungan Qolbu
Di Saat Perpisahan

Saudaraku Se-iman…

Betapa sering kita dengar sabda Nabi Shollallōhuàlaihi Wa Sallam yang berbunyi:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa dengan keimanan dan berharap dari Allōh semata, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. HR. Bukhoriy. Dan imam Ahmad membawakan riwayat dengan tambahan lafadhz: “dan yang akan datang”. (Dengan sanad yang hasan).

Demikian juga hadits yang berbunyi:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ، وَمَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang menghidupkan malam al-qodr, dengan keimanan dan berharap kepada Allōh, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa yang menegakkan sholat torawih di malam harinya dengan keimanan dan berharap kepada Allōh maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. HR. Bukhoriy dan Muslim.

Keutamaan yang merupakan harapan kita semua, DIAMPUNINYA DOSA-DOSA.

Kaum muslimin rohimakumullōh.

Para ulama kita menjelaskan bahwa seluruh amalan yang dijanjikan dengan keutamaan yang bisa menggugurkan dosa yang telah lalu itu semua hanya BAGI DOSA-DOSA KECIL, hal ini berdasarkan sabda nabi dalam hadits yang lain dari shohabat Abu Huroiroh:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُمَا إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ

“Antara sholat lima waktu, jum’at dengan jum’at, Romadhōn dengan Romadhōn, itu pengguggur dosa-dosa jika menjauhi dosa-dosa besar”. HR. Muslim.

Hadits ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa penggugur dosa bagi seorang hamba jika ia menjauhi dosa-dosa besar, dan yang digugurkan dari amalan-amalan tersebut hanyalah dosa-dosa kecil. Sebagaimana juga dijelaskan oleh imam An-Nawawiy As-Syāfiîy dalam syarh Shohih Muslim, dan juga selain beliau dari para ulama kita.

Sehingga hadits di atas, menunjukkan bahwa tiga amalan: berpuasa di bulan Romadhōn, sholat tarowihnya, lailatul qodr, ini semua adalah amalan yang menggugurkan dosa-dosa yang telah lalu, dengan syarat jika tidak melakukan dosa besar, berdasarkan pemahaman yang dikhususkan dari hadits Abu Huroiroh di atas. Adapun dosa besar harus dengan taubat nashuhah.

Kaum muslimin rohimakumullōh.

Dosa besar adalah perbuatan dosa atau larangan dari Allōh dalam Al-Qur’an atau Rasul-Nya dalam hadits-hadits shohih, yang disebutkan ancaman dan hukuman keras bagi pelakunya, misalnya: perbuatan kesyirikan kepada Allōh, meninggalkan sholat wajib, zina, mencuri, minum minuman keras, mu’amalah dengan sistem riba, durhaka kepada orang-tua, memutuskan silahturahmi, makan harta anak yatim dengan kedhzoliman. Inilah diantara bentuk dosa-dosa besar yang pelakunya diancam dengan hukuman yang sangat keras dari syariat ini.

Dan Allōh Subhānahu Wa Taâlā juga dengan tegas menyebutkan bahwa ampunan akan diberikan kepada mereka yang menjauhi dosa besar, dalam firman-Nya:

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلا كَرِيمًا

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. QS. Annisaa: 31.

Bahkan sebagian dosa besar tersebut jika tetap dilakukan oleh seorang hamba, akan gugur dan sia-sia seluruh amalannya, seperti perbutan kesyirikan, dengan meminta kepada selain Allōh, mendatangi makam untuk meminta dan mencari berkah kepada mayat yang telah dikuburkan, atau mendatangi dan mempercayai dukun atau paranormal, atau tetap menggunakan jimat-jimat atau perbutan kesyirikan lainnya. Yang menghancurkan, puasa, sholat tarowih, lailatul qodr, zakat dan sedekah serta seluruh amalan lainnya.

ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. seandainya mereka mempersekutukan (berbuat kesyirikan kepada) Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. QS. Al-An’am: 88.

Kaum muslimin rohimakumullōh.

Kebahagiaan dan kemenangan di hari Raya setelah selesai puasa Romadhōn seharusnya juga sekaligus di-iringi dengan taubat dan istighfar kepada Allōh, jangan sampai lupa akan semua ini adalah taufik dan kebaikan dari Allōh semata. Inilah sebab, kenapa amalan-amalan besar seperti haji, sholat wajib, sholat malam, itu semua ditutup dengan istighfar, agar seorang hamba sadar bahwa perjalanan masih panjang sehingga dia masih terus berharap taufik dan hidayah dari Allōh, dan tidak merasa takabbur dari amalannya, apalagi kalau hanya berhenti sampai disitu.

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka”. QS. Mukminun: 60

Maksudnya: karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Allōh untuk dihisab, Maka mereka khawatir kalau-kalau amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Allōh. Sehingga mereka senantiasa beristighfar, menjaga amalannya dan senantiasa berharap kepada Allōh yang maha kaya.

Ketahuilah saudaraku se-islam.

Puasa Romadhōn, sholat tarowihnya, lailatul qodr, istighfar di bulan ini akan menggugurkan dosa, jika tidak ada penghalang untuk terwujudnya hal tersebut, inilah yang dijanjikan Allōh I dalam firman-Nya:

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.”  QS. Thoha: 82.

Yaitu yang senantiasa dan selalu menjaga sebab-sebab datangnya ampunan dan selalu menjauhi penghalangnya hingga ia wafat. Dan sebab yang terbesar adalah menjaga tauhidnya kepada Allōh, dengan menyerahkan seluruh jenis ibadah hanya kepada-Nya semata, senantiasa menjauhkan diri dari kesyirikan dengan segala bentuknya, senantiasa ikhlas dan senantiasa mengikuti petunjuk nabi Muhammad Shollallōhuàlaihi Wa Sallam dalam beramal. Dan menjauhi segala dosa besar.

Semoga Allōh Subhānahu Wa Taâlā memberikan kita semua istiqomah di atas petunjuk serta melindungi kita semua agar jangan sampai amalan sholat, taubat, puasa membaca Al-Qur’an itu hanya jika di bulan Romadhōn. Jika berlalu bulan Romadhōn, maka kembali mendekati perbuatan kesyirikan, meninggalkan sholat, dan mengerjakan maksiat serta yang lainnya. Ini adalah sejelek-jelek kaum, karena mereka hanya mengenal Allōh Subhānahu Wa Taâlā pada bulan Romadhōn saja, padahal larangan itu diharamkan Allōh sepanjang waktu dan di setiap tempat.

Maka marilah kita bertaubat dengan taubat nashuhah, meninggalkan segala larangan Allōh mulai dari yang terbesarnya yaitu perbutan kesyirirkan, maksiat dan seterusnya, menyesali semua itu dan berjanji untuk berupaya tidak akan mengulanginya kembali. Selagi nyawa masih di badan.

Inilah ketakwaan sejati yang diinginkan dari bulan Romadhōn bagi kita semua, dan ketakwaan itu juga merupakan sifat yang harus ada pada setiap muslim, dan kita semua diperintahkan memegangnya dengan teguh hingga wafat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.”. QS. Al Imron : 102

Dan…

Kita semua diperintahkan untuk beri-ibadah kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya…

… bukan hanya di bulan Romadhōn, tapi sampai ajal menjemput.

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan beribadahlah kepada robb-kalian sampai datang kepadamu Al-Yakin (Yakni: ajal)”. QS. Al Hijr: 99.

Akhirnya, kita berharap kepada Allōh Jalla wa Àlā, agar menjadikan puasa kita di bulan Romadhōn ini berberkah untuk kita dunia dan akhirat. Dan memberikan kemanfaatan yang mewarnai kehidupan kita semuanya.

Taqobballōhu minnā wa minkum a’mālash shōlihāt.

(Semoga Allōh menerima seluruh amalan sholih dari kita semua).

(Referensi: “Risalah Romadhōn”, Karya: Asy-Syaikh Abdullōh bin Jaarullōh)

Akhukum, Hudzaifah bin Muhammad.

           Grup Whatsapp
       =[Majmù Al-Fawāid]=

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites