Tuesday, March 18, 2014

tinjuan syariat terhadap perbuatan mencari-cari kesalahan para ulama

Al-Lajnah Ad-Daimah (Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah, Asy-Syaikh Abdul Aziz Alus Syaikh hafizhahullah, Asy-Syaikh Abdullah bin Ghudayyan rahimahullah dan Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah) pernah ditanya sebagaimana disebutkan dalam Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah 12/98-99 pertanyaan no 3:

“Bagaimana tinjuan syariat terhadap perbuatan mencari-cari kesalahan para ulama dengan dalih memperingatkan dari ketergelinciran mereka dan agar manusia tidak menolehnya ? Perlu diketahui bahwa hal ini dilakukan oleh para penuntut ilmu dan mereka menyampaikan tahdzir di hadapan orang-orang awam serta terkadang yang mereka tahdzir adalah para ulama yang mulia, seperti As-Suyuthy dengan alasan bahwa beliau adalah pengikut Asy’ariyah, dan selain beliau masih banyak ?”

Jawaban para ulama tersebut:
“Para ulama tidak terjaga (tidak ma’shum) dari kesalahan, sebagaimana disebutkan di dalam hadits:

إِذَا اجْتَهَدَ الْحَاكِمُ فَأَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ، وَإِذَا اجْتَهَدَ فَأَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ وَاحِدٌ

“Jika seorang hakim berijtihad lalu benar maka dia mendapatkan dua pahala, namun jika dia berijtihad lalu salah maka dia mendapatkan satu pahala saja.” (Muttafaqun alaih)

Dan hal itu tidak akan mengurangi kemuliaan mereka selama tujuan mereka adalah ingin meraih kebenaran, dan tidak boleh mencela kehormatan mereka karena adanya kesalahan itu. Adapun menjelaskan kebenaran dan mengingatkan kesalahan maka wajib hukumnya, namun disertai dengan memuliakan para ulama dan mengakui keutamaan mereka. Kecuali jika orang yang salah tersebut adalah seorang mubtadi’ atau orang yang akidahnya menyimpang, maka dia ditahdzir orangnya jika masih hidup, dan ditahdzir kitab-kitabnya yang padanya dia melakukan kesalahan, agar orang-orang bodoh tidak terpengaruh dengannya. Terlebih lagi jika dia adalah seorang dai penyeru kesesatan, karena sesungguhnya ini termasuk upaya menjelaskan kebenaran dan menasehati manusia. Dan tujuannya bukan untuk mencela pribadi-pribadi mereka. Adapun para ulama besar seperti As-Suyuthy dan selain beliau maka dijelaskan kesalahan-kesalahan mereka namun tetap boleh mengambil faedah dari ilmu mereka, dan mereka memiliki berbagai keutamaan yang bisa menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Tetapi sebuah kesalahan tetap tidak diterima dari mereka ataupun dari selain mereka.”

WA Ta'zhim assunnah riau

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites